Minggu, 18 Maret 2012

SOLIDARITAS MASYARAKAT KAMPUNG


DESA BATULAYAR: Sebanyak 71 orang anak yatim-piatu berkumpul di Masjid Nurul Jamaah Dusun Kekeran Desa Batulayar Kecamatan Batulayar untuk menerima santunan dari masyarakat setempat, yaitu dusun Kekeran. Sejumlah anak yatim tidak hanya berasal dari dusun tersebut melainkan dusun-dusun tetangga, antara lain; Dusun Orong, Melase, Apit Aik, Teloke, dan dusun Tato Desa Sandik Kecamatan Batulayar. Ini merupakan acara tahunan kita, kita menggelar pada bulan Rabi’ul Awwal, atau sehabis Maulid, sumber dananya dari swadaya masyarakat, demikian cerita Hilmi Taisir selaku Panitia. Ini khusus acaranya anak yatim, sengaja kita gelar, begitu Taisir.
Acara yang dipusatkan di Masjid tersebut dihadiri oleh tokoh agama, tokoh pemuda, serta tokoh-tokoh masyarakat dari dusun setempat. Diiringi dengan pembacaan-pembacaan shawalat-shawalat Nabi, serta pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, acara berjalan hingga menjelang shalat Ashar. Dari 71 anak yatim yang hadir tahun ini masing-masing mendapatkan uang Rp. 90.000 (Sembilan puluh ribu rupiah) dari pantia penyelenggara. Tidak hanya itu, anak yatim yang hadir di Masjid Nurul Jamaah juga disediakan hidangan yang telah dipersiapkan dan berasal dari swadaya masyarakat.
Event-event di atas memang masih eksis di masyarakat pedesaan atau perkampungan, bahkan sepertinya menjadi adat-budaya yang dilestarikan. Hal ini mengindikasikan bahwa tenggang rasa, kepedulian, loyalitas, serta  jalinan ukhuwah pada  masyarakat perkampungan masih tinggi bila dibandingan dengan masyarakat yang tinggal dan hidup di daerah perkotaan. Pagar rumhanya pun tinggi-tinggi, hidupnya pun sudah nafsi-nafi, begitu lirik H. Rhoma Irama dalam tembang yang berjudul Ibukota. Dengan kata lain masih “sedikit kepedulian” masyarakat/ orang yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan yang tinggal dan hidup di Desa.