Minggu, 08 Juli 2012

“SELAKARAN”; SARANA EFEKTIK MEMBENTUK PERSAUDARAAN


Selakaran (selakar) merupakan bagian dari seremonial Islam yang masih exis di tengah-tengah masyarakat. Acara ini biasanya kerap terdengar pada saat-saat tibanya musim haji. Apabila salah seorang atau kelompok dalam suatu masyarakat berhasrat ke tanah suci Makkah-Madinah, masing-masing pemuka agama, tokoh masyarakat, menjadwalkan acara selakaran usai melakukan kesepakatan mengenai hari atau malam yang tepat kepada orang yang akan menunaikan ibadah haji, selanjutnya diumumkan via pengeras suara masjid. Atau bisa juga dengan menggunakan surat undangan, meski melalui pesan singkat. Pembacaan kalimat-kalimat suci, hikayat, sejarah, nabi dan rasul, serta keagungan akan indahnya dua kota yang diagungkan umat Islam sedunia, Makkah-Madinah. Kemudian yang rangkaian acara yang mengiringi acara selakar, tentunya dzikir dan do’a dari kiai. Sebelum meninggalkan tempat acara, para tamu undangan dijamu dengan makanan oleh si pemilik rumah sebagai tanda penghormatan atas undangan yang telah disampaikan.
Alih-alih berbicara musim haji yang kian mendekat, acara selakaran juga menjadi bagian dari bentuk “penyelamatan” (syukuran) atas apa yang telah dicapai. Syukuran usai membangun rumah, misalnya. Saepullah, salah seorang warga Desa Batulayar usai membangun rumah dan segera akan menempati rumah barunya, pun mengadakan selakar, sebagai bentuk kesyukuran atas apa yang dicita-citakan.
Acara selakaran ternyata memiliki ruh dan nilai yang begitu agung di tengah kerumunan masyarakat. Nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dalam bentuk kebersamaan, rasa saling memiliki, saling mempedulikan, mengayomi, gotong-royong dan menghormati sesama, nampak jelas pada acara kumpul bersama orang banyak. Tidak sampai disitu, acara yang merangkai kegiatan selakaran pun mendapatkan nilai ganjaran dari Allah, Rabbul Alam. Nilai-nilai islami yang didalamnya mampu memupuk persaudaraan antara umat Islam.  Lantas jika demikian adanya, pantaskah jika seremoni-seremoni selevel selakar dibenci, dihina, dilarang, atau dianggap sesuatu yang “bid’ah” oleh sekelompok orang? Intinya, selakaran merupakan sarana yang bernilai tinggi di tengah masyarakat dan mampu membentuk ukhuwah islamiyah yang efektif.