Kamis, 29 Desember 2011

RENOVASI KANTOR


DESA BATULAYAR: Belum genap satu tahun menjabat sebagai Kepala Desa terlihat  sedikit ada perubahan oleh H.M. Nur Taufiq selaku Kepala Desa Batulayar. Sejak dinyatakan terpilih sebagai Kepala Desa pada Januari lalu dengan pesaing lainnya, pada akhir tahun 2011 ini Taufiq membenahi tempat kerjanya. Tahun Baru, Kantor pun ikut baru, sepertinya kalimat itu yang terlintas di benak Kepala Desa mungil itu. Namun ada opsi yang paling tepat, pembenahan dilakukan mengingat kondisi kantor yang sudah tidak lagi layak pakai. Kondisi kantor yang sangat memprihatinkan memaksa Kepala Desa untuk berpikir ekstra.
Renovasi kantor dilakukan dengan menggunakan dana Alokasi Dana Desa (ADD) Tahap II. Dana yang kita gunakan untuk renovasi kantor ini sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah), begitu urai taufiq. Meskipun melakukan renovasi kegiatan pelayanan kepada masyarakat tetap normal seperti biasa dan dipusatkan di Aula Desa. Sambil menunggu pekerjaan selesai, perangkat desa menggunakan aula sebagai tempat beraktifitas. Ini renovasi pertama kali dilakukan sejak pembangunan kantor, memang kondisinya sudah tidak memungkinkan, kalau musim hujan banyak bagian atau ruang kerja yang bocor. Sudah berapa orang yang menjabat sebagai Kepala Desa tidak pernah diperbaiki, dan dana sebesar 15 juta tersebut tentu tidak cukup, untuk instalasi listrik saja kita disumbang dari Vlok, begitu sambung bapak satu anak ini. Tidak ada ketentuan batas waktu selesai pengerjaan. Dengan kata lain, perangkat desa harus menunggu hingga pekerjaan tukang selesai untuk bekerja di tempat yang lebih nyaman dan aman.
Pada gambar di atas nampak yang paling banyak direnovasi adalah bagian atap kantor yang sudah tidak kuat dan rusak. Semoga tidak ada aral yang melintang guna mempercepat proses pekerjaan.


Rabu, 28 Desember 2011

BUTUH PERHATIAN PIHAK TERKAIT


Penataan tata ruang untuk kawasan wisata di wilayah Batulayar sebenarnya masih belum maksimal. Buktinya genangan air yang berada di sebelah barat batas Hotel Jayakarta mengganggu pemandangan untuk menikmati indahnya pantai Melase Desa Batulayar. Di samping terlihat kumuh, kondisi muara yang tidak sehat tersebut membuka peluang untuk bersarangnya wabah penyakit, nyamuk terutama. Pada tahun 2004 silam, abrasi yang berasal dari laut sempat memporak-porandakan tembok belakang Hotel Jayakarta.  Hingga saat ini solusi yang ditempuh untuk mengantisipasi efek yang ditimbulkan masih alami, dengan  bahasa lain menunggu musim kemarau untuk mengeringkan sungai, hingga kini kondisi yang demikian itu seperti tak pernah TERPIKIRKAN oleh unsure terkait, pihak pengelola hotel maupun pemerintah.
Tidak hanya genangan air yang membuat pemandangan tidak sedap dipandang mata pada batas Hotel Jayakarta melainkan banyaknya sampah yang membuat muara semakin berwarna-warni. Nuansa wisata terkesan kumuh, kotor serta kesehatan terancam bagi penduduk yang berdomisili disekitarnya. Tak jarang para investor ataupun tamu-tamu mengomentari hal tersebut. Dengan demikian menjadi PR besar bagi unsur terkait bagaimana mensiasati penataan ruang, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat pada umumnya.

Rabu, 14 Desember 2011

WISATA KULINER KAKI LIMA


Untuk mewujudkan masyarakat Lombok Barat yang Maju Mandiri dan Bermartabat dan untuk mendongkrak Indek Prestasi Manusia (IPM), Pemerintah Kabupaten Lombok Barat banyak melakukan berbagai terobosan. Salah satunya dengan kembali melakukan penataan di berbagai sektor. Satu sector yang tengah digalakkan adalah adalah dalam bidang pembangunan wisata kuliner untuk PKL. Pembangunan dengan tujuan penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mulanya tidak beraturan dan terkesan mengganggu pemandangan baik untuk masyarakat local maupun para tourist.
Kini, para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang beroperasi di seputaran Makam Batulayar dapat mengelus dada, pasalnya pembangunan wadah bagi mereka yang sedang dibangun dan masih dalam proses penyelesaian.  Pembanguan tersebut merupakan salah satu alternative yang diperuntukkan bagi PKL yang sebelumnya berjualan di tempat yang sama, namun terkesan kumuh dan membahayakan, baik bagi pengguna jalan, pembeli dan penjual yang berada di sekitar lokasi. Orang-orang yang akan menempati bangunan yang tengah dikerjakan tersebut pun sudah didata, demikian informasi dari Camat Batulayar, Drs. Mujitahidin. Terkait dengan system pengelolaan, hingga sekarang belum ada kejelasan. Itu mungkin dari Diskoperindag sendiri yang tender, lanjut Mujitahidin
Bangunan sebanyak 14 lokal tersebut diperuntukkan memang untuk para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sekitar areal Makam Batulayar. Realisasi pembangunan sesuai dengan hasil rapat yang digelar di Aula Kantor Camat beberapa bulan sebelumnya yang dihadiri oleh beberapa Dinas terkait lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Itu merupakan wujud perhatian pemerintah kepada masyarakat khususnya di kawasan wisata. Semoga pembangunan cepat rampung, tidak ada aral melintang dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah wisata yang pada gilirannya menjadi salah satu cara untuk meningkatkan, mewujudkan masyarakat Lombok Barat Bangkit.

Selasa, 13 Desember 2011

DURIAN di BATULAYAR


Jika kita melintas menuju daerah Wisata Senggigi, kita akan melihat dipinggir-pinggir jalan depan Kantor Camat Batulayar durian sedang berjejeran. Banyaknya pedagang-pedagang buah Durian yang mangkal untuk menjajakan barang dagangannya di jalur menuju Senggigi tepatnya di depan jalan raya depan Kantor Camat Batulayar menuntut para pengguna jalan untuk sedikit lebih berhati-hati dalam mengendara. Hal ini dikarenakan banyaknya pembeli yang kadang singgah di pinggir-pinggir jalan sambil melakukan transaksi jual-beli durian. Memang, sekarang musimnya buah durian. Para pedagang yang berjualan jalur depan Kantor Camat Batulayar tersebut didominasi oleh penjual atau pengepul dari wilayah Batulayar. Dari Dusun Penanggak, Apit Aik, Bunut Boyot dan daerah-daerah pegunungan di sekitar Batulayar. Meskipun demikian, ada juga pengepul durian yang datang dari luar Batulayar, dari daerah Gunungsari misalnya.
Tidak hanya pengguna jalan yang dijadikan sebagai target penjualan melainkan para karyawan kantor, guru-guru SD yang secara kebetulan berdekatan dengan lokasi mereka sering mangkal. Harga pun mulai bervariasi, dari 5 ribu hingga 25 ribu per buah. Namun dari hari ke hari harga durian agak menurun. Penyebab naik-turunnya harga buah disebabkan oleh semakin banyaknya buah durian yang sudah tentu menuntut adanya persaingan harga diantara penjual. Itu sudah biasa terdengar dan sejauh ini belum ada cek-cok yang terdengar antara para penjual terkait dengan permasalah harga barang. Para pedagang durian mulai beroperasi sekitar pukul 09.00 hingga malam hari. Ada juga penjual yang lebih dulu pulang dikarenakan rumahnya jauh dari pasar.

Jumat, 09 Desember 2011

TATA RUANG DAERAH PESISIR dan NELAYAN


BATULAYAR BARAT: Kembali Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengadakan sosialisasi Penataan Pesisir Pantai dan Nelayan di Kecamatan Batulayar, kali ini pertemuan ditempatkan di eks Warung Menega wilayah Batulayar Barat. Pertemuan yang dirangkai dengan silaturrahim BAPPEDA Kabupaten Lombok Barat tersebut melibatkan berbagai unsure; Muspika, Kepala Desa, Kapolsek, Danposramil, Kepala Dusun, serta beberapa perwakilan dari nelayan. Terkait dengan pertemuan, hanya 4 (empat) Desa yang mewakili dari Kecamatan Batulayar. Desa Meninting, Senteluk, Batulayar Barat serta Desa Senggigi. Alasan untuk memilih ke-empat desa tersebut adalah karena desa yang dipilih merupakan desa-desa yang memiliki daerah pantai dan masyarakat bermata-pencaharian sebagai nelayan.
Pertemuan yang mengangkat tema Penataan Ruang di daerah pantai khususnya untuk tambatan perahu nelayan itu berlangsung alot. Banyaknya opini dan masukan serta saran dari peserta rapat semakin mengulur durasi pertemuan. Program yang akan kita coba jalankan ini akan berjangka waktu ke depan yaitu sekitar 5 sampai dengan 15 tahun, begitu ungkap Kabid Fisik Bappeda, Arif Mahmudi saat menjelaskan paparan rencana yang akan dilaksakan. Tidak hanya itu, kita akan mencoba menata Lombok Barat dengan pantainya ini setidaknya seperti di Jimbaran-Bali hingga bisa membentuk wisata kuliner pesisir pantai, kalau sudah bisa seperti itu para nelayan khususnya akan mudah menjajakan hasil tangkapannya, begitu sambungnya.  
Sementara ide-ide brilian dari masing-masing Kepala Desa yang hadir membuat acara semakin hidup. Kesepakatan para KADES terutama batas untuk menambat Perahu bagi nelayan, sesuai dengan daerah masing-masing pun menjadi perbincangan yang menarik perhatian. Sekarang bukan saja masalah tambatan yang dibahas melainkan kebersihan, kerapian dan keindahan terutama di daerah pesisir pantai.
Dua wakil Pokdarwis yang turut mengawal pertemuan pun angkat bicara terkait dengan SAPTA PESONA. Nelayan yang membuat daerah Senggigi kotor sebenarnya bukan berasal dari nelayan setempat melainkan nelayan yang berasal dari luar, Kota Mataram, nelayan yang berasal dari Ampenan yang nambat perahu di depan Hotel Sentosa itu terkesan sangat kumuh, dan nelayan yang berada di lokasi tersebut ternyata nelayan yang datang dari luar. Sering tamu (Touris) yang datang complain kepada saya, ini terkait masalah kebersihan. Mungkin bagaimana Bapak dari Bappeda Kabupaten bisa mengkomunikasikan hal ini dengan pihak Kota terkait dengan nelayan tersebut, begitu ungkap Pokdarwis Pasir Putih Desa Senggigi.

Rabu, 07 Desember 2011

MUSCAB PPCI KAB. LOMBOK BARAT


DESA SENTELUK: Musyarawah Cabang Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (Muscab PPCI) Kabupaten Lombok Barat yang digelar di Kantor Aula Kantor Desa Senteluk Kecamatan Batulayar berjalan lancar. Musyarawah dengan agenda pembentukan pengurus baru untuk priode 2011-2016 secara aklamasi menunjuk H. Muna’im sebagai Ketua Koordinator untuk Kabupaten Lombok Barat. Kesepakatan Muna’im menjabat sebagai ketua itu telah mendapat persetujuan dari peserta yang hadir. Muna’im menggantikan ketua sebelumnya, Johri yang  berakhir masa jabatannya pada tahun ini. Kita membutuhkan ketua untuk mengkoordinator kita, demikian kata salah seorang peserta rapat. Kalau tidak memiliki ketua, kita ibarat anak ayam yang kehilangan induknya, khususnya untuk orang-orang Tuna Netra seperti kita, demikian sambungnya.
Peserta cacat yang hadir pun berdatangan dari berbagai penjuru lingkup Kabupaten Lombok Barat. Kecamatan Lingsar, Gunungsari, Labuapi  dan Batulayar yang mendominasi undangan Musyawarah Cabang (Muscab). Sementara dari pihak pemerintah Kecamatan, Burhanudin, S. Pd yang mewakili Camat Batulayar dalam sambutannya mengatakan rasa apresiasi yang tinggi dengan terselenggaranya program-program seperti ini. Ini merupakan wadah untuk memudahkan koordinasi ke depan khususnya bagi penyandang cacat, demikian ungkap Burhanudin.
Sejatinya terdapat tiga agenda yang menjadi topic bahasan dalam rapat yang berdurasi 2 jam tersebut, agenda yang dimaksud meliputi; pertanggungjawaban pengurus lama, pemilihan pengurus DPC PPCI Lombok Barat serta pemilihan Dewan Pertimbangan Cabang PPCI Kabupaten Lombok Barat. Topik pertanggungjawaban pengurus lama batal dilaksanakan dikarenakan ketua sebelumnya berhalangan hadir memenuhi undangan. Jadi, acara inti yang dilaksanakan adalah  pembentukan pengurus baru yang mendeklarasikan Muna’im sebagai ketua.
Dalam sambutannya Muna’im menghaturkan banyak terima kasih kepada hadirin yang rapat. Insyaallah saya kita akan berbuat semampunya untuk kepentingan kita bersama, meskipun kita menyandang status cacat, kita jangan berputus asa, buktikan bahwa kita bisa, kita mampu berbuat sebagaimana teman atau saudara-saudara kita, demikian ungkap Muna’im memberikan semangat motivasi pada rekan-rekan yang hadir.


Senin, 05 Desember 2011

WASPADALAH... WASPADALAH


DESA LEMBAHSARI: Duka mendalam sedang menimpa keluarga Kirin, salah seorang warga Dusun Sidemen Lauq Desa Lembahsari Kecamatan Batulayar. Hujan yang mengakibatkan talut yang berada tepat di atas rumahnya roboh yang mengakibatkan longsor. Beruntung tidak ada korban jiwa yang diakibatkan oleh longsor tersebut. Hujan yang mengguyur pada hari Minggu 4 Desember 2011 merusak bagian bawah rumah salah seorang warga dusun yang kebetulan rumahnya berada di atas rumah Kirin. Itulah yang menyebabkan longsor dan menghantam tembok belakang rumah Kirin. Bentuk tanah yang tidak merata menjadi penyebab utama kejadian. Longsor ini terjadi sehabis Zhuhur, dan pemilik rumah sedang tidak ada di tempat, demikian cerita nenek korban. Sampai saat ini keadaan rumah Kirin masih mengkhawatirkan, jangan-jangan kalau hujan lebat lagi kita takut kejadian kedua terulang, hingga saya melarang Kirin menempati rumah yang rusak ini untuk sementara untung saja bencana ini tidak terjadi pada malam hari di saat penghuni rumah ada di tempat, demikian sambung sang nenek.
Sejak kejadian kemarin warga setempat sejatinya akan melaksanakan gotong royong untuk membenahi rumah korban, hanya saja pekerjaan ditunda karena ada kekhawatiran dari masyarakat dengan adanya sebuah bangunan rumah yang fondasinya juga roboh yang berada tepat di atas rumah korban. Hingga kini belum ada kejelasan tentang kerugian yang dialami oleh korban dan saat ini korban terpaksa mengungsi ke rumah keluarga. Pihak aparat Desa setempat juga belum banyak yang mengetahui bencana ini. Namun menurut salah seorang warga kejadian ini telah dilaporkan ke pihak desa untuk mendapatkan perhatian lebih lanjut. Saya tidak tau kalau ada longsor, begitu urai H. Sibawaihi selaku Kepala Urusan Pemerintahan Desa. Nanti mungkin kita akan bersurat ke Dinas untuk tindak lanjut.
Curah hujan yang tidak menentu seperti sekarang ini menuntut kita untuk selalu waspada akan bencana yang kemungkinan akan menghadang. Sebab, kejadian seperti banjir dan tanah longsor merupakan kejadian alam yang tidak mengenal waktu, bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Untuk itu wapadalah.

Kamis, 01 Desember 2011

Rapat Persiapan Semester Ganjil MQ


Menjelang beberapa hari lagi Ujian akhir untuk semester ganjil Tahun Pelajaran 2011-2012, Kepala Sekolah Madrasah al-Qur’aniyah Pondok Pesantren Madrasatul Qur’aniyah Desa Sandik Kecamatan Batulayar menggelar pertemuan dengan dewan guru. Rapat yang dipandu langsung oleh Kepala Sekolah Tsanawiyah, M. Habibi tersebut berjalan alot. Pembahasan rapat sebenarnya difokuskan untuk memabahas pelaksanaan semester, namun terkesan melebar yang menyebabkan durasi rapat menjadi panjang. Pertemuan tersebut minus pimpinan umum yayasan TGH. Mujtahidin, MA. Tak ada kabar tentang ketidak-hadiran sang Ketua Yayasan.
Ujian akan dimulai pada tanggal 7 Desember 2011, namun karena banyaknya pelajaran tambahan (muatan local) kita disini sengaja memajukan ujian tersebut ke hari Senin, yaitu pada tanggal 5 Desember 2011. Yang perlu untuk diketahui, mata pelajaran yang didahulukan di sini adalah pelajaran-pelajaran yang soal semesternya tidak dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah (KKM) seperti; tahfidz, mahfudzat, dan lainnya, begitu perkataan Kepala Sekolah Tsanawiyah saat memberikan penjelasan kepada peserta yang hadir.
Rapat yang sebenarnya khusus untuk agenda Tsanawiyah tersebut ditargetkan berlangsung tidak terlalu panjang, namun dengan alasan yang sama, pihak Madrasah Ibtida’iyah ingin rapat digabungkan dengan agenda yang bersamaan pula, yaitu pembahasan tentang persiapan menghadapi semester ganjil. Itulah alasan mengapa pertemuan tersebut memakan waktu hingga 2 jam. Selain membahas tentang persiapan menghadapi semester ganjil, masing-masing kepala lembaga, MI dan MTs menyertakan pembentukan panitia semester.  Banyak opini yang dilontarkan oleh peserta yang hadir, Sirojuddin Abbas misalnya, dalam pertanyaannya yang terkait dengan keterlibatan guru dalam pembuatan soal-soal semester. Selama ini soal-soal itu dibuat oleh KKM, kadang ada soal yang membuat saya bingung, mungkin Pak Kepala Sekolah bisa menyarankan kepada KKM untuk melibatkan kita dalam pemembuatan soal semester. Biar sesuai materi yang telah kita berikan kepada siswa-siswi dengan yang akan diujikan, begitu masukan yang dilontarkan kepada forum rapat oleh Abbas.
Dari dulu saya pernah diskusikan dengan KKM kalau masalah yang anda usulkan, hanya saja mungkin karena kita ini masih tergolong sekolah baru, untuk sementara kita ikuti dulu peraturan yang diterapkan, begitu timpal Habibi menanggapi pernyataan dari guru Fiqih tersebut.