Sabtu, 30 April 2011

LieBe

Suatu hari Cinta dan Sahabat pergi ke sebuah Desa. Di perjalanannya, tiba-tiba Cinta jatuh ke dalam Telaga. Kenapa? Karena Cinta itu buta. Lalu Sahabat berusaha menolongnya. Kenapa? Karena Sahabat akan melakukan apa pun demi Cinta. Di dalam Telaga Cinta hilang, mengapa? Karena Cinta itu halus, dan mudah hilang jika tidak dijaga, sulit juga mencarinya. Sahabat pun masih mencari dan menunggu Cinta. Mengapa? Karena sahabat yang sejati akan kekal sebagai sahabat yang setia. Jadi, hargai, hormati, sayangilah sahabatmu selagi masih ada dan jangan biarkan dia menangis.

RAPAT PSB MQ BELUM CLEAR


Rapat yang digelar sekitar pukul 20.00 Wita di rumah Kepala Madrasah Tsanawiyah Madrasah al-Qur’aniyah (Habibi, S. Pd.I) dengan tema “Persiapan Penerimaan Calon Siswa Baru) untuk Tahun Pelajaran 2011-2012 Madrasah al-Qur’aniyah (MQ) Dusun Tato Desa Sandik Kecamatan Batulayar belum menemukan titik terang. Dalam rapat yang dipimpin langsung oleh Jalaluddin selaku Kepala MI tersebut juga dihadiri oleh Kepala MTs al-Qur’aniyah. Untuk men-share berbagai masukan, opini, dan strategi yang yang akan diajukan oleh guru-guru MQ yang terkait dengan usaha untuk menjaring santriwan dan santriwati baru, juga masih sebatas wacana yang bersifat intern.
Sebenarnya banyak hal yang belum terungkap dalam forum, namun dikarenakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyah (TGH. Mujtahidin, LC, MA) berhalangan hadir mengikuti rapat menjadi salah satu kendala bagi hadirin dan hadirat untuk melakukan diskusi. Rapat yang dihadiri oleh 70% dari perangkat Pondok Pesantren al-Qur’aniyah sempat berjalan alot, hal itu sangat wajar dikarenakan dari guru-guru yang menghadiri rapat dan yang memberikan opini di sela-sela tanya jawab, berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Rapat diakhiri pukul 23.15 Wita dan H. Sadri selaku pemimpin do’a langsung mengakhiri acara.  

Rabu, 27 April 2011

Awas Ulat Bulu

Permasalahan-permasalahan di wilayah Batulayar memang belum usai. Dari persoalan politik, ekonomi, pendidikan, bahkan ulat bulu pun ikut mengambil peran. Kalau berbicara mengenai ulat bulu, siapa yang tidak takut, ngeri…? Kurang lebih satu bulan yang lewat, bahkan minggu lalu terdengar kalau ulat bulu melanda daerah Gerung, kini ulat bulu singgah juga di Batulayar. Ulat bulu menyerang di Dusun Kerandangan Desa Senggigi Kecamatan Batulayar tepatnya di sebuah Kebun belakang Madrasah Tsnawiyah Ridyadhul Wardiyah Dusun Kerandangan Kecamatan Batulayar.
Banyaknya ulat bulu yang menempel di pepohonan kebun warga membuat masyarakat Dusun Kerandangan Desa Senggigi menjadi gerah. Pasalnya, disamping menimbulkan penyakit seperti gatal-gatal, melihatnya juga membuat orang menjadi Hi, hi, hi. Ya takut-lah kata salah seorang warga ketika ditanya mengenai adanya ulat bulu di Dusun tersebut.
Hingga kini ulat bulu masih menjadi momok, bukan saja di daerah Batulayar, daerah-daerah di lingkup Lombok Barat seperti di Kecamatan Gerung pun sudah merasakan akan hadirnya binatang ngeri tersebut. Mengenai bagaimana penanganan tentang ulat bulu, hingga kini belum ada tindakan efektif, baik dari pihak yang berwenang dalam hal ini dinas-dinas terkait. 

AKSI DAMAI (Penolakan Dusun Melase Bergabung)


Batulayar:
Permasalahan di wilayah Kecamatan bak Jamur di musim hujan, kompleks, hilang satu tumbuh seribu. Itulah realita wilayah yang tengah dipimpin oleh Drs. Mujitahidin.
Jika pada minggu kemarin warga Desa Batulayar Induk menggelar aksinya di Kantor Camat Batulayar, untuk menuntut janji dan ingin menyelesaikan permasalahan terkait dengan pemekaran Desa khususnya dengan pihak Kecamatan, pada hari ini giliran Batulayar Barat yang notabene pecahan Batulayar Induk menggelar aksi yang sama. Namun kedatangan puluhan warga Batulayar Barat ini menggelar aksi “DEMO DAMAI”. Dalam orasi yang berlangsung sekitar pukul 10.00 Wita, Koordinator Aksi, Syafi’i menjelaskan beberapa  point perkara kedatangannya di Kantor Camat. Dari plank dan spanduk yang dibentangkan oleh para demonstran, diantaranya bertuliskan tentang ketidaksetujuan sebagian warga Dusun Melase untuk bergabung ke Desa Batulayar Induk. Hal itu diperkuat pula dengan pernyataan langsung Korlap Syafi’i dkk. Camat Batulayar, Drs. Mujitahidin dalam tanggapannya secara langsung menyatakan dukungan atas aspirasi yang telah disampaikan warga Batulayar Barat. Ini sesuai dengan Surat Keputusan yang Bupati Lombok Barat. Masalah pemekaran desa sudah jelas, ada SK Bupati dan tidak bisa diganggu gutat, demikian tandas Mujitahidin. Sebelumnya, para demontran juga menggelar tanda tangan di atas kain (spanduk) berwarna kuning menandakan ketidak-setujuan untuk bergabung ke Desa Batulayar Induk. Dan tidak ada hal yang berbau anarkis dari para demonstran, bukan hanya karena ada kawalan dari aparat, namun sebagai bentuk ketaatan masyarakat kepada pimpinan, demikian ungkap Syafi’i. Dalam aksi tersebut pula Kapolsek Senggigi yang dipimpin oleh Made Puje Wati pun ikut turun mengambil peran untuk pengawalan. Bahkan beberapa anggota Polsek Senggigi juga hadir lebih dulu sebelum datangnya para demonstran untuk menggelar aksi.

Lomba Desa Senggigi


Tahun ini merupakan kali kedua Desa Senggigi Kecamatan Batulayar ditunjuk untuk mengikuti Program Lomba Desa tingkat Kabupaten Lombok Barat. Acara yang menjadi salah satu agenda atau program rutin Kabupaten ini selalu digelar tiap tahunnya.  Hanya saja lomba yang diadakan tahun ini tidak semeriah lomba-lomba yang sebelumnya. Dengan kata lain, jika pada pada lomba-lomba sebelumnya ramai, meriah dan penuh persiapan, namun pada tahun ini terlihat biasa saja.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Camat Batulayar (Drs. Mujitahidin) beserta Ibu PKK Kecamatan Batulayar. Dalam acara yang berlangsung selama kurang lebih 2 setengah jam tersebut tidak menemui banyak kendala, baik disaat-saat penilai melakukan penilaian maupun persiapan sebelumnya oleh perangkat Desa Senggigi. Acara ini dihadiri oleh Tim Penilai dari tingkat Kabupaten Lombok  Barat, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kabupaten Lombok Barat. Tujuan diadakannya Lomba Desa tidak lain hanyalah untuk menilai Sistem Administrasi Desa, mengetahui tingkat perkembangan desa, dan lain sebagainya. Pada acara tersebut terlihat juga beberapa staf Kecamatan Batulayar yang ikut berperan dan membantu kelancaran acara.
Memang, jauh hari sebelumnya Camat Batulayar di sela-sela Apel Pagi selalu mewanti-wanti akan banyaknya kegiatan atau agenda yang akan diadakan di wilayah Kecamatan Batulayar seperti halnya Lomba Desa ini. Oleh karenanya, Drs. Mujitahidin, minggu-minggu kemarin sebelum hari H pelaksanaan Lomba Desa ini sering  menugaskan beberapa Kepala Seksi, Kasubbag bahkan Staf, untuk turun melakukan pembinaan administrasi Desa. Begitu juga perangkat-perangkat Desa, dalam hal ini Sekdes-Sekdes selalu diingatkan untuk selalu dan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kecamatan. 

Minggu, 24 April 2011

The Blessing in Disguist

Tidak semua bencana menimbulkan derita yang berkepanjangan. Ada kala bencana malah membawa berkah apabila kita mau menerimanya sebagai tantangan. Kepercayaan Tuhan kepada manusia untuk menjadikannya sebagai khalifah di bumi ini menunjukan bahwa semua persoalan bisa terselesaikan dikarenakan manusia dibekali berbagai sarana, pikiran, perasaan, intuisi, etc. Persoalan apakah manusia percaya atau tidak dengan al-Khalik bukan menjadi tema dalam wacana ini.
Probematika kehidupan manusia, tidak ada yang kebetulan. Semuanya (true accident). Semua telah berjalan dengan aturan, hukum alam yang diciptakan oleh-Nya. Ketika manusia lupa, atau berbuat kesalahan, menjadikannya lupa, takut, malu, dan perasaan berdosa, Tuhan memerintahkan untuk selalu mendekat dengan-Nya. Tuhan selalu dekat dengan manusia, kedekatannya lebih dekat dari urat leher.
Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan kadarnya, berpasang-pasang, hitam-putih, besar-kecil, jelek-indah, baik-buruk, etc. Terdapat begitu banyak orang baik di dunia ini, namun yang kita jumpai sedikit sekali dari yang baik itu berbuat kebaikan. Banyaknya orang yang berilmu, terkadang menyalah-gunakan keilmuan atau menggunakan ilmu tersebut tidak pada tempatnya. 

Sabtu, 23 April 2011

SETAN BERJASA



“SETAN” menjadi sasaran tembak dalam setiap pergumulan dan perseteruan, tetapi selalu luput dan tidak pernah menyerah kalah. Bidikan yang diarahkan kepadanya, sanggup dielakkan dan SETAN meninggalkan yang mengikutinya dalam kesesatan dan kehancuran, ia lari dari medan dengan diam-diam, manusia yang dikomandoinya menjadi binasa.
Ketahuilah bahwa segala kehancuran dan kebinasaan adalah jejak dan peninggalan SETAN, dan manusia adalah penanggungjawabnya. Kepada siapa amanah dititipkan? Maka pantaslah jika Allah mengangkat manusia sebagai khalifah di bumi untuk mengatasi persoalan-persoalan yang ada.
Pada percaturan dunia yang terus bergolak ini, SETAN berkonspirasi dengan manusia untuk menciptakan kerusakan di bumi. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan pada dirinya sendiri atau kelompoknya.
Ketika SETAN, meciptakan perang-perangan, maka manusia menciptakan senjata canggih, SETAN BERJASA. Ketika SETAN menebarkan kemungkaran, kekejian dan kejahatan maka manusia mendapat kesibukan. Polisi sibuk, jaksa sibuk, hakim sibuk, ulama sibuk. SETAN memporak-porandakan, tetapi karena SETAN pula hidup menjadi dinamis, hidup menjadi seru, hidup menjadi meriah, dunia menjadi maju dan berkembang.

أَعُـوْذُباِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِـيْمِ
إِنَّ الشَّـيْطَانَ كَانَ لِلاْنْسَـانِ عَدُوًّامُبِـيْنًا

Jumat, 22 April 2011

BILA JOMBLO MENCARI CINTA

 
 
Bog-brag-waduh, kayaknya ada yang tersinggung nih,. Utamanya mereka yang menyandang title “jomblo” alias belum dapat gandengan. Maklum anak muda sekarang kayaknya gerah banget kalau udah SMU belum pacaran. Apalagi yang udah kuliah masih ‘ngejomblo”, wah rasanya jadi makhluk paling hina sedunia. Lebih bencana lagi kalau digelari STMJ (semester tujuh masih jomblo), streesss.

Sobat, persoalan mencari pasangan kayaknya udah jadi menu wajib kaum remaja untuk menyatakan cinta. Kalau pada zaman kakek atau nenek kita remaja dulu, pertama kali menyatakan cinta pada gadisnya, kayaknya diam-diam aja tuh, dan kalau ditolak, tidak ada yang tahu. Malu kalau ketahuan semua teman-teman. Tapi, remaja sekarang (ABG) lebih agree. Cuek aja lagi menyakatakan cintanya kepada lawan jenis, yang cowok sreg, cewek juga berani malu. Udah begitu, nekat ngambil resiko, kalau cinta ditolak, pEdE azza lagi..

Kita prihatin banget lho. Sebab banyak juga anak cowok yang sejak lama ngincer pujaan hatinya, tapi ga’ berani. Ada yang nekat PDKT, tapi ga siap kalau dia ditolak. Parahnya, malah ada yang sampe punya gelar PMDK (pendekatan melulu dapet kagak). Ada lagi yang SPMB (apaan ni)..? Kalau yang ini (seleksi penerimaan mahasiswa baru), ya udah, kalau ga diterima PMDK, ikut SPMB aja lagi..

MENGENANG PAHWALAN WANITA

Jikalau kita berbicara tentang Pahlawan, semua negara memilikinya, tak terkecuali Indonesia. Bulan April khususnya tanggal 21 mengingatkan kita akan perjuangan gender, siapa lagi kalau bukan Raden Ajeng Kartini. Kartini merupakan pahlwan nasional yang gigih, mempertahankan dan memperjuangan nasib bangsa terlebih lagi kaum Hawa. Sayang, beliau sudah tiada. Dalam usia yang sangat muda, beliau meninggalkan kita, yaitu pada usia 25 tahun.

Meskipun hidup di lingkungan kadipaten, Kartini tetaplah Kartini. Penampilan yang bersahaja dan sederhana, pemikirannya tentang nasib bangsa yang tengah berada di bawah tekanan tetap menjadi PR semasa hidupnya. Beliau banyak mengorbankan, waktu, tenaga, dan bahkan materi demi membantu perjuangan rakyat. Ratusan atau bahkan ribuan surat yang telah ditulis oleh beliau yang dikirimkan kepada sahabat maupun kawan-kawannya menjadi sebuah pemikiran tentang nasib rakyat. Kalau dibahasakan seperti sekarang “Rakyat Indonesia Mau Dibawa Kemana?”.

Tulisan yang terangkum dalam sebuah buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” merupakan lambang perjuangannya. Itulah sebab setiap datangnya tanggal 21 April beliau dikenang jasa dan pengorbanannya. Harapan kita di era yang serba mewah, praktis, dan flexible sekarang ini, Kartini-Kartini muda muncul dan berkembang di Negara tercinta ini. (em-gee). 

Kamis, 21 April 2011

UJIAN NASIONAL SMA/ SEDERAJAT TAHUN 2010 TUNTAS

Berbicara masalah Ujian Nasional (Unas) Tahun 2010/ 2011 khususnya untuk tingkat Sekolah Menengah Atas/ sederajat tuntas sudah pada hari ini, Kamis 21 April Tahun 2011. Murid-murid SMA yang telah menyelesaikan Unas pun sudah melepas beban terberat selama pendidikan, meskipun belum ada keputusan yang mereka diterima. Lulus maupun tidak lulus. Yang jelas, pelaksanaan Ujian Nasional untuk tahun ini “clar”, tinggal menunggu hasil. 
Pelaksanaan Ujian Nasional pada tahun ajaran ini bisa dikatakan mulus, meskipun pada kebiasaannya terdapat beberapa masalah-masalah teknis, namun tetap bisa ditanggulangi oleh panita maupun pengawas ujian. Dan tidak terdengar lagi isu-isu santer tentang bocornya soal-soal ujian, penjual-belian soal ujian, yang dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan. Semoga sukses semua (em-gee). 

Rabu, 20 April 2011

BATULAYAR DEMO LAGI

 
 
Kalau kita berbicara SAPTA PESONA, Kecamatan Batulayar memilikinya. Ramainya kunjungan wisata ke Makam Batulayar, Indah dan sejuknya pantai Senggigi hingga Mangsit sudah biasa terdengar, tidak hanya dirilis oleh media local saja, melainkan menarik minat wisatawan local maupun mancanegara.  Namun apa yang ada di balik pesona Batulayar itu menjadi focus bahasan kali ini. 
Kisruhnya wilayah yang sedang dipimpin oleh Drs. Mujitahidin ini, hampir belum menemukan benang merah. Agenda demo alias tuntutan masyarakat tak pernah terhenti. Demonstrasi kembali terjadi hari ini. Penyampaian aspirasi masyarakat Batulayar Induk yang sebelumnya direncanakan saat Peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 Kabupaten Lombok Barat yang jatuh pada Minggu 17 April beberapa hari yang lalu meledak 3 hari setelahnya. Kali ini masyarakat yang dikerahkan untuk menemui orang nomor satu di Batulayar berjumlah lebih besar dari demo-demo sebelumnya. 
Kedatangan masyarakat yang dikawal langsung oleh Kepala Desa terpilih (H.M. Nur Taufiq) pada 10 Januari 2011, sempat ricuh di Kantor Camat Batulayar. Mereka meminta Camat untuk untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di wilayah Batulayar yang terkait masalah batas wilayah dan tuntutan pemekaran desa dibatalkan. Beberapa aksi yang dilakukan oleh masyarakat, seperti memblokir jalan, dan sempat kejar-kejaran dengan aparat, hingga mempersiapkan peralatan untuk menyegel Kantor Camat Batulayar. Imbasnya, pelayanan masyarakat sejak tadi pagi diminimalisir
Berbagai cercaan, ungkapan tidak senonoh terhadap Camat, Drs. Mujitajidin tak dapat dihindarkan. Sayangnya, pendemo yang berdatangan sejak jam 10 pagi, belum menemui Camat dikarenakan menghadiri acara di tempat terpisah. Sekitar pukul 13:00 Wita Drs. Mujitahidin tiba dan dengan kawalan ketat dari aparat Kepolisian, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat, Satuan Brimob, dan unsure-unsur lainnya.
Di tempat terpisah, masyarakat meninting tak ketinggalan berdemo. Dengan tuntutan yang sama, mereka menuntut Kades Terpilih (Mahnan Harianto) segera mundur dari jabatannya. Dikabarkan pendemo juga sempat memblokir jalan raya setempat (em-geee).

Senin, 18 April 2011

UJIAN NASIONAL DI SMA BATULAYAR AMAN-AMAN SAJA

Sejak kemarin merupakan hari yang menegangkan bagi siswa-siswi kelas III SMA/ SMU/ MA. Alasannya adalah bahwa pada hari ini mereka akan melangsungkan Ujian Nasional (UN). Ujian yang digelar secara serentak ini, di SMA Batulayar misalnya, tidak ada tanda-tanda yang membuat siswa-siswi berkeluh kesah terhadap soal-soal yang akan, sedang, dan telah dijawab.
Biasanya, kalau pada zaman-zaman atau tahun sebelumnya, sering terdengar suara “mencari tahu soal” atau bahkan ada yang sengaja mencari info tentang bocornya soal. Parahnya lagi, ada sebagian dari siswa-siswi yang percaya dengan tukang tadah (orang yang menjual) soal-soal ujian. Tegang memang ketika mendengar kata Ujian Nasional. Itu sangat wajar mengingat Ujian merupakan tanda (symbol) dari akhir sebuah pendidikan. Jika ujian sudah lulus, mengindikasikan pendidikan selama di sekolah berhasil dengan baik. Semoga Sukses…..

HUT KE-53 LOMBOK BARAT DI BATULAYAR


Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Lombok Barat yang bertepatan pada hari Minggu 17 April 2011 di Kecamatan Batulayar berlangsung khidmat. Isu demo yang akan mewarnai peringatan hari jadinya Kabupaten Lombok Barat tak kunjung tiba. Syukurlah semua urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan Upacara Bendera berlangsung lancar. Meskipun demikian terdapat beberapa insiden di tengah-tengah berjalannya acara.
Kejadian tersebut berlangsung sekitar ± 5 menit di saat Inspektur upacara sedang membacakan Amanat Bupati Lombok Barat. Pingsannya dua siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Meninting yang kebetulan bertugas sebagai pemukul Drum Band, dan ditambah dengan salah seorang siswi SMA 1 Batulayar yang pingsan dikarenakan kelelehanan.
Beruntung kejadian tersebut tidak menggangu berlangsungnya acara dikarenakan petugas P3K dari Puskesmas Meninting bisa mengatasi mereka. Peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 Kabupaten Lombok Barat yang bertepatan dengan hari libur tersebut di-inspekturi-kan langsung oleh Camat Batulayar (Drs. Mujitahidin.
Hanya saja kesan penulis saat peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 tersebut tidak terlalu ramai dan meriah. Mungkin sebabnya karena kebanyakan peserta yang seharusnya mengikuti upacara tidak sedang mood, atau tidak sedang berada di tempat (liburan).

Jumat, 15 April 2011

BATULAYAR in CONFLICT

 

Batulayar merupakan salah satu Kecamatan yang dilingkupi Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat. Wilayahnya meliputi 6 (enam) Desa yaitu; Desa Sandik, Meninting, Batulayar, Senteluk, Senggigi dan Desa Lembahsari. Namun pada tanggal 23 Maret 2011, wilayah Batulayar melebar menjadi 9 (sembilan) Desa setelah adanya pengukuhan Desa persiapan. Adapun Desa-desa tambahan tersebut antara lain; Desa Batulayar Barat (sebelumnya Desa Batulayar), Desa Pusuk Bengkaung dan Desa Pusuk Lestari.
Kalau kita berbicara Aset atau Pendapatan Asli Daerah (PAD), Batulayar mungkin pantas dinomor-satukan. Pasalnya, icon pariwisata terbesar di Kabupaten Lombok Barat dibawah bendera Batulayar. Namun apa yang sedang terjadi sekarang, conflict berkepanjangan di Batulayar merebak bak jamur di musim hujan. Hilang satu tumbuh seribu. Begitulah realitas Batulayar. Problematikanya hampir tidak pernah tuntas, dan itu sebuah PR.
Permasalahan-permasalahan dari level kecil, menengah, hingga yang paling caliber pernah dihadapi oleh siapa saja yang pernah singgah di Batulayar. Yang dapat penulis tangkap dari beberapa konflik yang bermunculan di Batulayar adalah; Tanah Pecatu Dusun Kongok Desa Meninting, Pilkades Meninting, Pemekaran Desa Batulayar, rencana pembangunan Sekolah Salafi di Dusun Batulayar, hingga Permasalan (conflict) antar Café pun ambil bagian.
Besok, Minggu 17 April 2011 merupakan Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-53 Kabupaten Lombok Barat diisukan bahwa Apel Perayaan tersebut akan diwarnai oleh Demo. Demo yang akan digelar besok “hampir bisa dipastikan” terjadi dengan adanya surat yang dikirim pada hari Kamis tanggal 14 April 2011. Demo yang ketiga kalinya dilakukan oleh Masyarakat Desa Batulayar Induk guna meminta tuntutan yang hingga kini belum terselesaikan secara pasti.

BATULAYAR: Menyambut HUT ke-53 Kabupaten Lombok Barat


Hari Ulang Tahun ke-53 Kabupaten Lombok Barat tinggal menunggu hitungan hari lagi. Berbagai macam kegiatan dan acara diselenggarakan guna menyambut datangnya hari tersebut, dari Dinas setempat maupun instansi-instansi lainnya. Kecamatan Batulayar misalnya, sejak hari kemarin sudah memulai berbenah, dan mengadakan berbagai acara. Kalau pada hari kemarin, hampir semua dinas dan instansi lingkup Pemerintahan Kabupaten Lombok Barat mengikuti Forest Trekking (lintas hutan), dan tadi pagi kegiatan penyambutan HUT ke-53 di Kecamatan Batulayar menggelar Jalan Santai (Fun Walk) dan diikuti oleh berbagai unsure Kecamatan, sekolah, Dinas Nivo etc.
Berbagai macam acara diadakan di Kecamatan Batulayar antara lain; pemeriksaan mata gratis sejak hari kemarin hingga tadi pagi pun masih berlangsung. Acara Presean, misalnya, pun tak ketinggalan. Di samping sebagai symbol dan kegemaran orang sasak ikut ambil andil dalam rangka menyambut hari dan bulan lahirnya Kabupaten yang diikoni oleh Dr. Zaini Aroni dan Mahrip, MM ini.
Tak terasa, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, Kabupaten yang bersemboyan Patut Patuh Patju ini sudah berusia 53 tahun. Di usia yang sangat dewasa ini, sebagai warga Lombok Barat kita wujudkan Masyarakat Maju, Mandiri dan Bermartabat.

Sabtu, 09 April 2011

SOSIALISASI TUNJANGAN FUNGSIONAL TAHUN 2011

Acara Rapat Sosialisasi Tunjangan Fungsional di Yayasan Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Senteluk berlangsung aman dan terkendali. Pasalnya, semua peserta rapat, komite dan unsur lainnya sepakat terhadap pemotongan Tunjangan Fungsional yang akan didapatkan oleh masing-masing guru yang diusulkan namanya.
Dalam rapat yang dipimpin langsung oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah tersebut tidak ternyata tidak terfokus pada sosialisasi tunjangan fungsional saja, namun juga terkait dengan masalah pembangunan tambahan gedung yang akan dibangun, mengingat gedung lama sudah tidak dapat berfungsi secara optimal. 

Tarik-ulurnya rapat tersebut masih berkisar pada design gedung yang akan dibangun. Gedung bertingakat atau tidak bertingkat. Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin TGH. Ahmad Zakaki menginginkan Gedung harus bertingkat, hanya saja lahan yang sedikit sempit dan mengenai wilayah pihak lain. 

"Bisa saja kita komunikasikan langsung dengan pihak keluarga, kalau bisa kita kumpulkan," demikian ulas Pimpinan ketika salah seorang bertanya apakah sudah ada kata sepakat.



"Relegius atau Sekuler?"
Sudah tiga-puluh-lima tahun telah berlalu sejak almarhum Cak Nur  pada 2 Januari 1970 dalam diskusi yang diadakan oleh HMI, PII, GPI, dan Persami, di Menteng Raya 58 menyatakan, bahwa Islam sebenarnya mendukung sekularisasi dalam arti apa yang duniawi (‘sekular’) tidak perlu disakralkan. Khususnya urusan politik dan negara, yang merupakan perkara duniawi, dan karena itu jangan diagamakan: Gema gagasan seperti ini masih terdengar hingga kini, seperti pada ungkapan: “Jangan mempolitisir agama” atau “Jangan mencampur-adukkan agama dan politik”.
 Dalam konteks Indonesia ketika itu, pemikiran Cak Nur dapat dengan mudah dipahami. Namun, untuk tidak mendogmakannya, gagasan tersebut layak dipikirkan kembali keabsahannya secara epistemologis maupun secara empiris. Memang benar, menurut para sosiolog, modernisasi tanpa sekularisasi tak ubahnya bagai merokok tanpa menghirup asap. Mustahil menjadi modern kalau tidak sekuler dulu. Contohnya, ya  Negara-negara modern di Eropa dan Amerika, yang berhasil membangun dan maju di segala bidang dengan mengamalkan sekularisasi. Dan ini, konon, bertolak dari ajaran agama mereka sendiri, dimana tercatat ucapan Yesus: “Urusan Kaisar serahkan saja kepada Kaisar, dan urusan Tuhan serahkan kepada Tuhan.” (Gospel Matius XXII:21).
 Implikasinya, agama tidak perlu ikut campur dalam urusan politik dan negara, sehingga muncul dikotomi antara regnum dan sacerdotium, pemisahan antara kekuasaan raja dan otoritas gereja, antara wewenang negara dan wewenang agama. Doktrin ini mendapat legitimasi dari St. Augustin membuat distingsi antara Kota Bumi (civitas terrena) dan Kota Tuhan (civitas dei). Faktor lain yang mendorong sekularisasi di Barat ialah gerakan Reformasi Protestan sejak awal abad ke-16, sebuah reaksi terhadap maraknya korupsi di kalangan Gereja yang dituduh memanipulasi dan mempolitisir agama untuk kepentingan pribadi (Philip Schaff, History of the Christian Church, 1997).
 Belakangan, sejumlah peneliti seperti C.G. Brown dan Peter L. Berger mulai menyanggah apa yang disebut sebagai tesis sekularisasi itu. Sebabnya, fakta empiris justru menunjukkan betapa agama ataupun kecenderungan padanya (religiositas) tetap mewarnai kehidupan masyarakat dan seringkali bahkan ikut menentukan kebijakan ekonomi, hukum maupun politik (lihat buku American Theocracy (2006) karya Kevin Phillips), seakan membenarkan apa yang pernah dikatakan Alexis de Tocqueville satu setengah abad silam: “Aku tak habis pikir bagaimana bisa upaya menyusutkan pengaruh agama [di Amerika] ternyata malah memperbesar kekuatannya”.
 Kelemahan tesis sekularisasi sebagai sebuah paradigma terletak pada sifatnya yang terkesan deterministik: Kalau sudah modern, pasti akan sekular. Kalau sekular, tentu modern. Agar modern, mesti sekular. Kalau tidak sekular, tidak bisa modern, dan seterusnya. Padahal, ‘masyarakat manusia’ jelas sangat dinamis dan karenanya amat sulit untuk dipatok arah maupun coraknya. Contoh empiris Turki dan Mesir menarik untuk kita renungkan.



Pengalaman Turki dan Mesir
Menyusul kekalahannya dalam perang melawan Russia pada tahun 1774 dan gagal mempertahankan Mesir dari invasi Napoleon pada tahun 1798, Imperium Turki Osmani terpaksa melakukan modernisasi militer, ekonomi dan sosial lewat serangkaian program yang dinamakan Tanzimat: bermula dengan menghapuskan pasukan khusus (janissaries), membubarkan tarekat Bektashi, regulasi pajak langsung, hingga memperkenalkan undang-undang anti-diskriminasi sipil (menghapus status dzimmi bagi non-Muslim).
 Proyek modernisasi Turki itu dilanjutkan oleh Mustafa Kemal Atatürk. Setelah berhasil merebut kekuasaan pada tahun 1923, Atatürk mencanangkan program pembangunan Turki modern lewat ‘enam anak panah’ (Altı Ok). Yaitu, pertama, prinsip republikanisme (cumhuriyetcilik), bahwa negara Turki modern menerapkan sistem demokrasi parlementer yang dipimpin oleh seorang presiden, bukan sultan atau khalifah. Kedua, nasionalisme (milliyetcilik), bahwa bukan agama atau mazhab tertentu yang menentukan kewarganegaraan. Ketiga, prinsip kenegaraan (devletcilik), dimana pemerintah berkuasa penuh dalam pengelolaan ekonomi dan berhak intervensi demi kepentingan rakyat. Keempat, prinsip populisme (halkcılık) yang dimaknai sebagai perlindungan hak asasi manusia dan kesetaraan di hadapan hukum. Kelima, sekularisme (laiklik), dan terakhir, prinsip revolusionisme (inkilapcılık).
 Dari keenam sila ini, sekularisme adalah yang paling berpengaruh. Pada tanggal 3 Maret 1924, Imperium Osmani yang telah berkuasa selama lebih dari 700 tahun (1299-1922M) itu resmi dihapuskan. Tidak lama kemudian, pengadilan agama dan pondok-pondok pesantren dibubarkan. Begitu juga tarekat-tarekat sufi. Selanjutnya, pakaian ala Barat digalakkan, poligami dilarang, dan undang-undang baru (ala Swiss untuk hukum sipil, ala Itali untuk hukum pidana, dan ala Jerman untuk hukum perdata) mulai resmi diberlakukan, menggantikan undang-undang (Syariah) Islam. Selain itu, kalender Hijriah diganti dengan kalender Gregorian (Masehi), lalu penggunaan huruf Arab untuk bahasa Turki dilarang dan diganti dengan huruf Latin.
 Pada perkembangan selanjutnya, ideologi sekular Atatürk –terkenal dengan sebutan “Kemalisme”- menjelma jadi sangat anti-agama dan ultra-nasionalistik. Segala yang bercirikan Islam atau berbau Arab dilecehkan sebagai keterbelakangan, kemunduran dan kebiadaban (barbarism). Siapa yang berani mempersoalkan sekularisme dituduh sebagai pengkhianat negara, tidak rasional dan sektarian. Selain itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim Kemalis menciptakan apa yang mereka sebut sebagai ‘Islam yang tercerahkan’ (cagdas Islam), mirip dengan gagasan Islam progresif di Amerika Serikat, Islam modernis di Pakistan, atau Islam hadhari di Malaysia.
 Proyek Atatürk ini pada intinya bertujuan mencabut Islam dari akar-akarnya (to promote ‘disestablishment’ of Islam), tulis sejarawan politik Hakan Yavuz. Namun sekularisme sebagai ideologi negara dinilai banyak pengamat telah gagal mencapai tujuannya. Buktinya, hingga saat ini belum banyak kemajuan yang diraih. Setelah lebih setengah abad berusaha menjadi sekular, Turki masih saja dianggap belum semaju, semodern dan sedemokratis negara-negara Eropa. Jangankan melampaui, menyamai Imperium Osmani pun belum bisa. Justru diam-diam namun pasti, Islam sebagai kekuatan politik nampak mulai bangkit melawan kekuatan sekular dan berusaha merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka (Lihat: Heinz Kramer, A Changing Turkey: The Challenge to Europe and the United States, Washington, D.C., 2000).
 Di Mesir, proses sekularisasi berlangsung sejak masuknya penjajah Perancis pada tahun 1798 dan Inggris pada tahun 1802. Tidak sampai seratus tahun kemudian lahirlah tokoh-tokoh yang menyerukan pembaharuan ala Barat. Di antara pionirnya ialah Rifa‘ah al-Tahtawi (1801-1873) yang pernah tinggal di Paris selama lima tahun. Dialah tokoh yang mengobarkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air (hubbul watan). Baginya, persaudaraan sebangsa dan setanah air (ukhuwwah wataniyyah) sama pentingnya atau bahkan lebih utama daripada persaudaraan atas dasar agama. Hanya dengan nasionalisme dan modernisasi, menurutnya, negara seperti Mesir bisa maju seperti Eropa. Qasim Amin (1863-1908) melangkah lebih jauh.
 Murid Syekh Muhammad Abduh ini tidak hanya mengecam praktik despotisme ketika itu, tetapi juga menganggap Syariat Islam sebagai kendala kemajuan. Lantas ia pun menyerukan pembebasan perempuan lewat kesetaraan gender, kebebasan dalam berbusana (tidak wajib berjilbab), dan pelarangan poligami.
 Kemudian muncul ‘Alī ‘Abdur-Rāziq dengan bukunya, al-Islam wa ushul al-hukm (Islam dan Dasar-Dasar Pemerintahan), dimana ia mengklaim bahwa Islam khilafah tidak ada dasarnya dalam Al-Qur’an, Hadits maupun ijma‘ ulama. Islam tidak memberikan aturan yang pasti tentang sistim pengelolaan negara. Muhammad SAW hanyalah seorang nabi, bukan penguasa, cuma ditugaskan untuk mengajarkan akhlak dan agama, bukan politik dan tata negara. Karena itu, agama tidak mesti dibawa-bawa dalam urusan kenegaraan. Urusan politik, pola pemerintahan, administrasi negara dan lain-lain tidak ada sangkut-pautnya dan karena itu tidak perlu dikaitkan dengan agama. Tidak hanya itu, Abdur-Raziq bahkan menuding sistem khilafah bertanggung-jawab atas ketertinggalan Umat Islam. Terlepas dari upaya-upaya tersebut, kenyataannya peran agama dalam kehidupan politik di Mesir tetap sukar dinafikan, seperti tercermin pada kemenangan Ikhwanul Muslimin belum lama ini.
 Sekularisasi Mustahil
Dari paparan ringkas di atas dapat kita simpulkan bahwa sekularisasi bukanlah prasyarat mutlak transformasi masyarakat dari tradisional menjadi modern, tidak pula dapat menyulap negara dari tertinggal menjadi maju dan terkemuka.
 Seperti diakui banyak sosiolog, tidak sedikit masyarakat negara modern yang tetap religius, baik secara individual maupun konstitusional (Islam sebagai agama resmi negara), seperti Libya dan Malaysia. Sebaliknya, tidak sedikit negara yang telah menyatakan diri sekular namun hingga kini masih saja belum tergolong sebagai negara maju, seperti Marokko dan Turki.
 Di samping itu, sekularisme sebagai ideologi politik pada dasarnya tidak dapat bersenyawa dengan ajaran Islam yang hakiki, yang menganggap kekuasaan politik sebagai sarana penegakkan agama. Sebagaimana disinyalir oleh Bernard Lewis, sejak zaman Nabi Muhammad saw, umat Islam merupakan entitas politik dan agama sekaligus, dengan Rasulullah sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, Nabi Muhammad saw tidak mempolitisir agama, melainkan mengagamakan politik, dalam arti politik untuk kepentingan agama, bukan agama untuk kepentingan politik.
 “Dalam pengalaman Umat Islam generasi pertama, sebagaimana telah dilestarikan dan direkam untuk generasi sesudahnya, kebenaran agama dan kekuasaan politik terkait erat tak terpisahkan. Yang disebut pertama mensucikan yang terakhir, sedang yang disebut terakhir mendukung yang pertama,” tegas Lewis dalam bukunya, the Crisis of Islam ( London , 2003, hlm. 6). Akhirul kalam, masyarakat tidak mesti menjadi sekular untuk menjadi modern.