Minggu, 29 Mei 2011

1001 Macam Profesi

Mr. A k o k

Seribu satu macam itu bidang pekerjaan dari jadi pengamen sampai jadi seorang presiden. Seribu satu macam cara orang cari makan dari menjual koran sampai menjual kehormatan. Begitu lirik Bung Rhoma Irama dalam bait pertama lagunya 1001 macam. Bagi yang ngefans sama lagu-lagu karya Bang Haji, mungkin meng-iyakan, namun bagaimana dengan yang lain, terserahlah.
Terlepas dari lirik Rhoma di atas, ketika berbicara tentang pekerjaan atau profesi mungkin tak ada habisnya. Kondisi sosial, ekonomi, serta pendidikan etc. menjadikan seorang menempatkan diri pada bidang mana yang harus mereka jalani. Untuk menyambung nyawa, menghidupkan sanak-keluarga menuntut seseorang untuk selalu bekerja keras, membanting tulang, siang-malam, hujan-panas tak peduli demi urusan perut dan masa depan. Metode apapun bisa ditempuh entah menghasilkan yang halal ataukah yang haram. 

Bagi Pegawai Negeri misalnya, mungkin tak seribet yang lain. Alasannya tiap awal bulan, gaji sudah ditangan. Bekerja di tempat teduh, sembari asyik nge-gosip, duduk di belakang meja untuk menunggu waktu  pulang atau istirahat, yang jelas sedikit santai. Lalu bagaimana ketika membayangkan seorang yang beda profesi misalnya. Akok dan Asri, dua orang pemuda di dari Dusun Teloke, saat matahari terik, masih serius mencangkul di tengah sawah. Mereka berdua sedang mencangkul tanah untuk membuat Bata. Pagi sehabis shalat Subuh, dia sudah berangkat ke tempat aktifitasnya, hingga sore hari. Makan minum dengan bekal seadanya, profesinya tetap tak terganggu. Saya buatkan orang dari Aik Genit, per seribu, kita dibayar lima puluh ribu, demikian kata Akok dan Asri ketika ditanya. Kadang kita ambil uang untuk bayaran dua ribu lanjutnya, dengan nada yang agak letih karena terik-panas, tak jauh beda dengan teman yang disampingnya, Asri. 
Inilah hidup, dan harus dijalani. Pekerjaan yang ia tekuni, pun musiman. Artinya, hanya di musim panas mereka bisa mencari makan melului membuat Bata. Kalau musim hujan tiba, ia harus mencari bidang pekerjaan yang lain. Biasanya menjadi nelayan, imbuhnya. APAPUN PEKERJAAN SYUKURI dan JUGA DITEKUNI KARENA BANYAK ORANG SIAP MENGGANTI, DI ZAMAN MACAM INI JANGAN PUNYA RASA TINGGI HATI SEGUDANG ORANG PANDAI BANYAK ANTRI begitu pesan Bang Haji Rhoma Irama dalam versinya yang lain.
Kasya-Munasik