Senin, 15 April menjadi 2013 menjadi hari
yang memiliki catatan sendiri bagi rakyat Indonesia. Pada sektor pendidikan, 15
April kembali mengecewakan dunia pendidikan. Hari dimana jadwal Ujian Nasional
(UN) bagi siswa-siswi SMA/ Sederajat batal digelar. Permasalahan batal
digelarnya Ujian Nasional (UN) pada level nasional ini menghiasi berbagai
media. Alasan dimundurkannya jadwal UN di daerah masih simpang-siur.
Saat menanggapi kendala batalnya
UN, Budiman mengatakan “ yang kita khawatirkan adalah buyarnya konsentrasi
peserta didik yang selama ini pernah kita karantina, dan yang paling
dikhawatirkan pada masalah ini adalah masalah kebocoran soal Ujian Nasional,
lalu siapa kita salahkan, demikian komentar Pengawas UN yang
ditugaskan di wilayah Gunungsari Lombok Barat ini.
Sementara bagi siswa-siswi yang menjadi
peserta Ujian Nasional, batalnya UN mendapat mereka tanggapi berbeda-beda. Kita
sudah siap-siap untuk berangkat ke tempat ujian, tapi ujiannya dimundur, dan
belum ada kejelasan, begitu tanggapan santriwan dan santriwati Pondok
Pesantren Ishlahul Muslimin Desa Senteluk Kecamatan Batulayar. Sementara siswa
lainnya tetap optimis, kapan pun ujian akan digelar kita ikuti saja
peraturannya, ujar santri yang sudah siap menjawab soal ujian ini.
Batalnya Ujian Nasional kali ini tetap
menjadi pelajaran bersama. Kita akui bahwa permasalahan batalnya ujian nasional
ini merupakan permasalahan nasional. Ketidaksiapan atau keterlambatan “ketidak-profesionalan”
para stakeholder dapat merugikan berbagai pihak.
Sebenarnya, Ujian Nasional menjadi momok yang
menakutkan bagi para siswa yang akan menyelesaikan pendidikannya pada level
menengah. Semuanya mengandung hikmah tersediri. 15 April 2013 seharusnya
menjadi perang diplomasi terbesar siswa terpaksa harus ditunda. Tentu, selaku
orang yang terlibat dalam dunia pendidikan, para akademisi, pemerhati
pendidikan, pemerintah daerah, anggota dewan harus benar-bnar peka terhadap
permasalahan ini. Harapan kita, semoga hal ini tidak terulang kembali, dan
intinya kita tidak perlu untuk saling “meng-kambing-hitamkan”
satu sama lain. Ujian Nasional tetap dilaksanakan meskipun terlambat.