Kamis, 11 Desember 2014

MUSHALLA BERDIRI LEBIH SATU ABAD DIBANGUN KEMBALI OLEH WARGA

Mushalla diperkirakan berusia 1 abad yang terletak di Dusun Teloke Lauk Desa Batu Layar direhab total warga. Sejarahnya, tempat ibadah ini dibangun oleh TGH. Muhtar yang digunakan sehari-harinya sebagai tempat warga mengaji dan menimba ilmu-ilmu agama. Menurut beberapa keterangan tokoh yang dituakan di Dusun Teloke, bahwa pewakafan tanah Mushalla oleh TGH. Muhtar ke generasinya berlangsung sekitar tahun 1935 Masehi.
Jika dihitung secara matematis, pewakafan tanah Mushalla tersebut hingga sekarang berusia 79 tahun. Untuk daerah Gunungsari-Batu Layar pada zaman dahulu, semua masyarakat menimba ilmu ke Dusun yang sekarang dipimpin oleh H. Abdul Wahhab ini dipimpin langsung oleh TGH. Muhtar. Mushalla berukuran 5x6 Meter ini ramai masih ramai dikunjungi pada hari-hari besar Islam untuk seperti hari lebaran. Pengunjung berdatangan dari berbagai daerah sekitar Batu Layar dan Gunung Sari untuk mengingat jasa-jasa almarhum yang pernah mendidik. Bahkan menurut salah satu sumber, banyak masyarakat yang diislamkan di Mushalla kecil tersebut.
Melihat kondisi rumah ibadah yang tak pernah terurus, melalui pemerintah desa tokoh agama dan masyarakat mengadukan untuk bisa dimanfaatkan kembali. Setelah berdiskusi, akhirnya warga sepakat untuk membangun kembali tempat ibadah yang terletak di tengah-tengah kampung tersebut. Menariknya, di dalam Mushalla tersebut terdapat dua makam. Makam tersebut adalah makam pendirinya yaitu TGH. Muhtar dan isterinya, Ninik Sagon.
Dengan melihat masih ramainya masyarakat yang mengunjungi makam, dan agar bisa difungsikan kembali sebagai tempat ibadah, melalui dana operasional Kepala Desa Batu Layar dan swadaya dari masyarakat Dusun Teloke, tempat ibadah itu akhirnya dibangun menjadi lebih besar dari ukuran semula. Menurut sumber lain juga mengatakan jika Almarhum TGH. Muhtar sebelum mengajar ilmu-ilmu agama di Teloke sempat cukup lama belajar dan tinggal di Makkah.
Ilmu agama yang almarhum dapatkan dari Makkah termasuk menghafal al-Qur’an diajarkan kepada warga yang saat itu keislamannya belum begitu kuat. Sebelum meninggal dunia, almarhum mewakafkan tanah termasuk Mushalla yang dia tempati kepada generasi penerusnya. Amaq Muznim dan H. Bulkini merupakan orang yang dekat dengan almarhum dari keturunan keluarga. Kemasyhuran TGH. Muhtar sebagai ulama besar diakui oleh orang-orang yang pernah mengaji dan dekat dengan beliau seperti TGH. Ahmad Hanafi yang berasal dari Desa Sandik.
Basar salah satu warga Dusun setempat, sewaktu ia kecil pernah diceritakan bahwa dulu waktu pertama kali atap Mushalla diperbaiki dan makam dibongkar, jasad almarhum TGH. Muhtar masih ditemukan dalam posisi bersujud. Subahannallah. Itulah bentuk kekuasaan Allah yang diberikan kepada orang-orang yang taat dan menjadi pelajaran bagi generasi sekarang. Semoga arwah almarhum tetap dinaungi dengan limpahan kasih sayang Allah. Amien.