Senin, 08 Desember 2014

IBU RUMAH TANGGA BERBICARA KURIKULUM 2013



Dari tempat yang paling sederhana, membicarakan hal kecil bisa melahirkan ide atau pemikiran-pemikiran yang bermutu atau update. Contohnya di sebuah kedai kecil milik Inak Aye, warga Dusun Melase Desa Batu Layar, tidak menyangka ibu-ibu rumah tangga berbicara masalah nasib pendidikan anak-anak mereka. Ya, mereka membicarakan sistem pendidikan yang terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 yang membingungkan.
Terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 yang sebagian pun dari kalangan akademisi menganggapnya sebagai kurikulum yang dipaksakan, setengah matang, dan seabreg komentar lain. Ibu-ibu rumah tangga ternyata tetap memantau, mendengar, merasakan imbas penerapan kurikulum 2013 yang dianggap bersebrangan. Bagaimana tidak bahwa kurikulum itu juga menentukan masa depan anak-anaknya selama mengenyam pendidikan.
Ibu Rahayu berkata: “Sekarang pelajaran kelas 2 SD pun sulit, tidak seperti dulu. Saya bingung membantu memecahkan persoalan anak-anak saya”. Begitulah pengalaman yang dirasakan Rahayu. Pernyataan Ibu Rahayu ini pun ditimpali oleh tetangganya, Ibu Is. Ibu Is mengatakan “sekarang, anak-anak semakin dibuat bingung di sekolahnya sendiri. Namun setelah saya baca di koran dan dengar di TV, kurikulum 2013 tidak bisa dilanjutkan, Raport saja sekarang sudah berbeda juga”, demikian timpal Ibu Is kepada Ibu Rahayu.
Hal di atas merupakan kepedulian, kerisauan, sekaligus kebingungan ibu-ibu rumah tangga terkait dengan nasib anak-anak mereka. Karena bagaimana pun anak-anak adalah penerus perjuangan orang tua untuk menghadapi tantanga dunia. Pendidikan yang baik dan bermutu serta dapat menjamin mereka merupakan harapan-harapan dari orang tua. Mereka mengharapkan pendidikan yang mampu menjamin dan menopang tonggak masyarakat, bangsa dan negara.
Jelas sudah Undang-Undang berbicara masalah pendidikan. Salah satu yang paling digaris bawahi adalah fungsi negara adalah memberikan pendidikan yang berkualitas, bermutu dan yang paling penting adalah untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Ibu Rahayu dan Ibu Is, bukan mereka berdua pada dasarnya yang menginginkan maju dan besarnya negara, melainkan semua ibu-ibu dan orang tua menginginkan yang terbaik.