Selasa, 04 November 2014

LIKA-LIKU PETUGAS SAMPAH DI KAWASAN WISATA

Sambil menyelam minum air, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Kata-kata bijak ini terwujud oleh mereka yang bisa menjalankan dua atau tiga jenis pekerjaan atau usaha yang mendatangkan keuntungan. Kerap terdengar bahwa orang memiliki banyak profesi dalam menjalankan kehidupan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari yang menjadi tanggungan. Pekerjaan rangkap yang menguntungkan tentu bukan hal yang tabu, selama dikerjakan sesuai dengan peraturan, tidak merugikan orang lain, dan yang terpenting bernilai bagi mereka yang menapakinya. Sering menjadi alasan yang mengemuka bahwa, orang memiliki tugas atau pekerjaan pokok dan memiliki pekerjaan sampingan. Pekerjaan samping merupakan pekerjaan yang dianggap atau bahkan terkesan tidak menjadi prioritas. Namun terkadang, pekerjaan sampingan itulah yang kerap menjadi nilai plus untuk menjadikan orang sukses, jika dijalani dengan penuh keuletan dan ketekunan.
Menarik bagi pribadi penulis di sini adalah para petugas sampah yang bertugas mengumpulkan, menaikkan sampah di daerah wisata Senggigi. Muhamad Amin, Sahrudin dan kru pengangkut sampah yang ditugaskan oleh Pemerintah Daerah melalui Pemerintah Kecamatan Batu Layar. Di samping bertugas sebagai tukang sampah, yang kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Muhamad Amin dan kawan-kawan bisa memperoleh rezeki lebih dari tugas mereka yang sebenarnya sebagai tukang sampah (menaikkan sampah) ke mobil pengangkut. Di sela-sela menaikkan sampah mereka bisa mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol, plastic, kardus dan sejenis sampah yang bisa di daur ulang dan bisa dijual kembali.
Dengan cara sederhana, mereka memilah dan memilih sampah yang bisa didaur ulang ke dalam kantong-kantong plastic yang mereka persiapkan dari rumah atau memungut di tempat sampah. Mereka mengumpulkan barang-barang bernilai tersebut hingga waktu tertentu, biasanya hingga satu bulan baru kemudian mendatangkan pengepul atau langganan tempat mereka jual.
Sahrudin menceritakan, barang yang dikumpulkan hingga waktu satu bulan atau terkadang lebih lalu menjualnya. Ia menceritakan, kerap hasil sampah yang dikumpulkan lebih banyak hasil penjualannya daripada gaji yang mereka terima sebagai tukang angkut sampah yang sesunguhnya. Lebih lanjut Sahrudin menceritakan jika mengandalkan gaji sebagai tukang sampah, kebutuhan keluarga tidak akan tercukupi. Dari hasil penjualan barang-barang bekas yang dikumpulkan bisa menambah, menambal kebutuhan keluarga yang terbengkalai. Sambil menyelam minum air, itulah mungkin makna yang tertanam kepada mereka yang bertugas sebagai tukang sampah di kawasan wisata Batu Layar khususnya.