Jumat, 06 Desember 2013

MENGENAL ANAK-ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI BATU LAYAR

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, begitu pesan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 31 ayat 1. Pada kalimat tersebut jelas sudah bahwa semua warga negara dituntut untuk terus belajar agar menjadi manusia yang berpengetahuan, bermanfaat, dan bermartabat. Dengan pendidikan masa depan menjadi cerah dan terarah sesuai dengan tujuannya. Nah berbicara masalah pendidikan, tentu masih dalam lingkup yang sangat umum. Meski demikian, di sini hanya akan dibatasi mengenai pendidikan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK).
Di Kecamatan Batulayar tercatat 8 (delapan) anak yang memiliki kekurangan fisik; istilah tunanetra, tunarungu, tunadeksa, etc kini mendapat perhatian. Adalah Handicap Internasional yang bergerak dalam bidang kemanusiaan yang memfokuskan pada pelayanan terpadu insane yang memiliki kekurangan. Handicap Internasional Indonesia, memberikan perhatian kepada delapan anak yang berasal dari perwakilan Desa Batu Layar, Batu Layar Barat, Sandik, Senggigi dan Desa Lembahsari untuk dibina secara khusus di Kecamatan Batulayar.
Siswa-siswi sekolah luar biasa ini mendapatkan pelayanan pendidikan oleh Handicap Internasional Indonesia. Selama 4 hari, mereka diterapi untuk belajar berbicara, bermain, diperkenalkan nama benda, dan sebagainya. Ibu Suhartini yang nota bene pengajar siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Majeluk Mataram seolah tidak bosan dan tetap peduli kepada anak-anak yang memiliki kekurangan tersebut.
Kehadiran siswa-siswi luar biasa tersebut setiap hari didampingi oleh orang tuanya masing-masing untuk mengikuti jalannya pembelajaran. Afra selaku coordinator Handicap banyak menceritakan kegiatan selama mendampingi pembelajaran di Kecamatan Batulayar. Sebanyak delapan anak di Kecamatan Batulayar yang mendapatkan pembinaan. Kita melakukan kerja sama dengan PPCI, HWDI, FKA yang bergerak dalam bidang ini, demikian cerita coordinator tersebut di sela-sela mengajarkan siswa-siswi tuna rungu. Pembelajaran dilakukan selama 2 jam, lanjut perempuan yang berambut keriwil tersebut.
Ternyata pendidikan menjadi kebutuhan manusia normal an sich, insan yang memiliki keterbatasan pun dituntut agar menjadi orang yang memiliki pengetahuan. Dengan pengetahuan, mereka akan mengenal dirinya sendiri.