Perjalanan hidup manusia merupakan bagian
dari misteri. Dimana ia akan menapaki, menjalani hidup bahkan meninggalkan
kehidupan masih menjadi pertanyaan yang hingga kini sulit untuk dijawab. Dari
situlah muncul istilah yang kebanyakan orang mengenal nama transmigrasi,
emigrasi, urbanisasi dan istilah-istilah lain yang dikenal. Istilah-istilah
tersebut jika harus merujuk kepada referensi, merupakan arus yang kepindahan
manusia dari satu tempat ke tempat yang lain. Adapun tujuan dari semua itu
adalah beragam alasan yang ditemukan jika harus mengurus mereka secara detail.
Maskud dan tujuan dengan pikiran dan alur yang berbeda menjadi salah satu
alasan yang tak terbantahkan.
Batulayar sebagai daerah Pariwisata tentu
dipenuhi dan dipadati oleh berbagai ras dan suku yang berasal dari berbagai
daerah, bahkan negara di dunia. Potensi yang demikian memengaruhi iklim dan
budaya yang ada di sekitar Batulayar. Persebaran mereka di berbagai tempat,
daerah, menjadi diaspora yang kemudian ditampung dalam sebuah komunitas tinggal
seperti di perkotaan, perdesaan, perkampungan dan mereka yang hinggap di
perumahan-perumahan alias BTN.
Menjelang lebaran seperti sekarang ini, trend
mudik menjadi headline berbagai media. Pantauan di Batulayar mengindikasikan
pemudik di Batulayar, di satu sisi merupakan pengorbanan yang tidak kecil.
Salah seperti yang diceritakan oleh Sumiyem Cendrakasih, mudik ke Yogyakarta
minimal membutuhkan 25 juta baru niat mengunjungi keluarga yang ada di daerah
asal terpenuhi. Pasalnya, sanak famili yang menunggu di daerah Jawa tentu
mengharapkan buah tangan, belum lagi biaya selama perjalanan, transportasi dan
akomodasi yang nilainya terus meroket.
Kalau tidak memiliki 25 juta saya tidak
berani pulang, Mas. Itupun minimal. Jangan heran, kalau orang yang tidak banyak
memiliki modal tidak berani mudik apalagi untuk tiap tahun, demikian urai
Sumiyem. Sumiyem merincikan, biaya perjalanan saja tak kurang dari 10 juta yang
dihabiskan untuk transportasi, belum yang lainnya. Berbeda dengan cerita
Sahrudin, yang mengatakan bahwa di
daerah BTN Puncang Hijau, hanya beberapa orang saja dari pendatang yang pulang
kampung, selebihnya masih tinggal dan menunggu lebaran di tempat perantauan.
Hampir semua perumahan atau BTN yang ada di
seputaran Batulayar, menurut pengamatan sementara, jika dipersentasekan, dari
100 persen penduduk yang tinggal, sekitar 10 atau 15 persen masyarakat yang
mudik atau pulang kampung untuk berlebaran di daerah kelahirannya.