Coba pembaca perhatikan
gambar yang ada pada tulisan ini. Sepintas, kebanyakan orang tidak akan
mengenali daerah atau kawasan dimana tergenangnya akses jalan raya yang selalu
dijadikan icon pariwisata di Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Jalan yang dijadikan
sebagai foto profil dalam tulisan ini adalah jalan yang Raya Senggigi tepatnya
di depan Sheraton Senggigi. Sheraton Hotel merupakan salah satu Hotel mewah
yang ada di daerah Senggigi yang bukan hanya dijadikan sebagai tempat berlibur
dan tinggalnya tamu, namun juga sering diakses oleh badan-badan pemerintah
dalam membuat kebijakan-kebijakan atau regulasi.
Situasi yang demikian
tentu membuat pengguna jalan, tamu, masyarakat merasa tidak nyaman. Kawasan
yang menjadi andalan dan icon masih tercoreng dengan lemahnya infrastruktur.
Infrastruktur yang mendukung, membuat nyaman tentu menjadi salah satu daya
tarik jika mempromosikan dunia wisata, ini dilihat dari satu pandangan. Tak
sampai di situ, kondisi ketidaknyamanan pengguna jalan ditambah dengan bahaya
yang akan ditimbulkan jika dibiarkan dan tidak diperdulikan sama sekali.
Gejala alam tidak bisa
ditolak serta merta. Pun demikian, bukan berarti harus lepas tangan dengan
urusan pemerintahan atau rakyat yang menyangkut kepentingan. Pada sisi yang
berlawanan, lagi-lagi jalan seperti yang penulis maksudkan bertumpu pada kurang
baiknya penataan dan lemahnya infrastruktur di kawasan pariwisata.
Lemahnya infrastruktur
tentu akan berdampak bagi yang lain. Ekonomi misalnya, jika infrastruktur
bermasalah tentu arus transformasi, transportasi akan menanggung akibatnya. Dan
untuk dunia pariwisata, tentu pemandangan seperti yang terlihat di dalam gambar
akan menjadi suara-suara yang pada akhir menurunkan minat dan promosi wisata di
Kabupaten Lombok Barat pada umumnya dan pada mata internasional sebagai asset
yang terus diangankan.