Rabu, 17 Juni 2015

GURU NGAJI MENDAPAT INSENTIF DARI PEMERINTAH

Keberadaan guru ngaji di masyarakat semakin diperhatikan oleh pemerintah. Perhatian pemerintah terhadap mereka yang mengajarkan ilmu-ilmu agama di kampung, di desa dan sebagainya semakin diperlukan keberadaannya dan seolah diberikan ruang gerak oleh pemerintah melalui perhatian terhadap kesejahteraan mereka. Jika menilai lebih teliti, sebenarnya apa yang diberikan oleh guru ngaji non formal tersebut tidak jauh berbeda dengan mereka yang bertugas sebagai tenaga guru baik PNS maupun Honorer pada lembaga pendidikan. Intinya sama, mereka melakukan pengajaran dengan transformasi ilmu.
Guru ngaji dikatakan sedikit mendapatkan perhatian oleh pemerintah dengan pemberian sedikit insentif melalui program Alokasi Dana Desa yang ada pada masing-masing Desa. Besaran honor yang diterima oleh guru ngaji pun tergolong kecil, kisaran Rp. 100. 000 (Seratus ribu rupiah). Seperti yang diberikan oleh Pemerintah Desa Batulayar Kecamatan Batulayar.
Terdapat 50 orang guru ngaji yang tersebar di 10 Dusun yang ada di Desa Batulayar, masing-masing dusun ada yang memiliki 3 sampai empat guru ngaji. Kemarin, dengan telah dicairkannya Program Alokasi Dana Desa, guru ngaji pun kecipratan rezeki. Sebelum mengabsen dan membagikan honor senilai seratur ribu rupiah, Kepala Desa Batulayar memberikan sedikit sambutan kepada semua guru ngaji yang mendapatkan undangan di Aula Kantor Desa.
Uang senilai seratus ribu rupiah, untuk hitungan sekarang memang sangat kecil. Namun terlepas itu semua, keikhlasan Bapak-bapak yang mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak, itu yang tak terhitung nilai pahalanya. Apalagi ini menyangkut ummat. Untuk itulah, jangan melihat besar atau kecilnya uang yang akan diterima, melainkan semata-mata karena niat baik dan ikhlas, persoalan rizki, Tuhan yang mengatur, demikian urai H.M. Taufiq selaku Kepala Desa Batulayar.
Meskipun dengan jumlah yang kecil, guru ngaji yang didominasi oleh para orang tua tersebut terlihat senang dan ceria karena merasa mendapatkan perhatian oleh pemerintah. Memang selama ini, kiblat guru tertuju kepada lembaga atau sekolah-sekolah ternama, itulah yang membuat sebutan guru ngaji merasa sedikit terlupakan, utamanya jasa-jasa dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama.