Sabtu, 25 Oktober 2014

CERITA INSPIRASI; PEDAGANG BAKULAN BERUSIA 65 TAHUN MASIH EKSIS

Inak Banun, salah seorang perempuan berusia kurang lebih 65 tahun asal Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Lombok Barat. Pekerjaan sehari-hari nenek ini adalah berjualan bakulan dengan berjalan kaki berkeliling kampung menjajakan barang dagangannya. Makanan yang dijajakan adalah makanan khas kampung seperti Klepon, Jagung rebus, Tape Ketan, Bantal, dan Krupuk dengan beragam jenisnya. Menurut kisahnya, pekerjaan ini ia lakoni sejak ia beranjak remaja. Berawal dari neneknya yang ia ikuti jejaknya sebagai penjual jajanan bakulan. Setelah neneknya meninggal, pekerjaan tersebut berpindah ke ibu kandungnya, ia pun tetap mengawal perjalanan ibunya sebagai penjual dari kampung ke kampung.
Sejak ibunya meninggal dunia, pekerjaan sebagai penjual bakulan tersebut tetap ia geluti hingga ia hampir berkepala tiga. Semasa hidupnya, Inak Banun pernah dua kali menikah namun tidak memiliki keturunan alias anak yang sebenarnya ia harapkan sebagai penerusnya. Ada hal yang menarik dari kisah perjalanan perempuan tua ini. Bakul yang ia jadikan untuk membawa jajanan yang ia jual didapatkan secara turun-temurun atau hasil dari peninggalan keluarganya.
Lebih lanjut Inak Banun bercerita, berjualan bakulan seperti ini tetap ia jalankan semasa ia mampu. Ia berjualan pun dengan cara membeli barang di orang lain (langganan) yang kemudian ia jajakan secara berkeliling kampung. Tak tanggung-tanggung, nenek ini menempuh puluhan kilometer untuk mendapatkan pembeli. Ia berangkat berjualan usai shalat Zhuhur hingga sore hari menjelang waktu Magrib. Tak jarang Inak Banun numpang melakukan shalat di rumah warga yang kebetulan ia kenal atau telah menjadi sahabat. Inak Banun menggeluti pekerjaan ini semata-mata untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Siapa lagi yang akan memberi saya, saya tidak memiliki anak yang akan menanggung hidup saya, jualan seperti ini menjadi satu-satunya cara ia mempertahankan hidup, begitu keterangan Inak Banun dengan suara rendah.
Meskipun demikian, di usia 65 tahun ini, Inak Banun tidak pernah mengeluh dengan usaha yang digelutinya. Kalau pun dia tidak berjualan, mungkin beliau dalam keadaan kurang sehat atau cuaca yang kurang bersahabat. Sebenarnya, Inak Banun dalam menjalankan bisnisnya ini bukanlah seorang diri. Masih banyak orang yang senasib, seperjuangan yang berada di tempat lain, berjuang melawan kerasnya dinamika kehidupan untuk mencapai kemandirian hidup dan tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain.
Pelajaran sangat berharga dan syarat nilai-nilai kemanusian seperti Inak Banun ini patut dijadikan contoh. Di usia yang sudah tidak muda lagi, lemah, masih ingin bekerja, bekerja dan bekerja. Ia tidak ingin menggangugu kehidupan serta kenyamanan orang lain. Inak Banun tidak ingin menjadi beban, bergantung  pada orang lain. Ia ingin menjadi manusia yang baik, manusia yang bernilai, serta menjalankan hidupnya sesuai kemampuannya.