Problematika dunia pariwisata di
kawasan Batulayar Lombok Barat sepertinya sangat sulit terbendung. Konflik
dunia pariwisata masih berkutat pada masalah penertiban dan lingkungan social
dimana lokasi pariwisata masih marak digandrungi. Masalah penertiban perahu
nelayan, pedagang kaki lima, kenyamanan wisatawan, merupakan Pekerjaan Rumah
(PR) pemerintah yang hingga kini belum dapat terselesaikan dengan sempurna.
Keberadaan Pedagang Kaki Lima yang
berjualan di sekitar daerah wisata sering menggangu kenyamawan para wisatawan
untuk menikmati keindahan dan panorama wisata di Senggigi dan sekitarnya. Sabtu, 22 Maret 2014 sekitar pukul 09:00
kembali Pemerintah Kecamatan Batulayar dan Satuan Polisi Pamong Praja (Pol. PP)
Kabupaten harus turun ke lapangan untuk menertibkan keberadaan para Pedagang
Kaki Lima yang mangkal di Senggigi.
Tepatnya di depan Hotel Darmarie
Senggigi, satuan Pol. PP Lombok Barat terpaksa mengangkut 2 lapak Pedagang Kaki
Lima (PKL) yang menggangu arus lalu lintas para pejalan kaki. Para PKL tersebut
menggunakan Trotoar jalan sebagai lokasi berjualan. Imbasnya, pejalan kaki yang
biasa mengakses jalan melalui trotoar merasa tidak nyaman alias terganggu.
Keluhan ini tidak saja datang dari para pengunjung Senggigi namun juga
masyarakat dan pelaku wisata seperti hotel, restaurant dan café.
Operasi yang dipimpin langsung oleh
Sekretaris Camat berlangsung hingga pukul 22:30 Wita untuk melakukan penertiban
para Pedagang Kaki Lima (PKL).
Penertiban semacam ini akan terus kita
kawal dan langsung menindak para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang bandel, begitu
urai Sukwan Tavip selaku Koordinator Lapangan. Para PKL telah diingatkan
berulang-kali namun mereka tidak mengindahkan, lanjut Sekcam Batulayar di
sela-sela pangkutan Lapak PKL oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Pol. PP) Lombok
Barat. Lapak PKL yang disita tersebut
langsung diangkut oleh kawalan Pol PP Kabupaten.
Fenomena di atas menggambarkan bahwa
kesadaran di dunia pariwisata masih sangat kurang. Masalah penertiban dan
keamanan masih menyelimuti dunia wisata. Implikasi dari semua permasalahan di
atas adalah turunnya grade pariwisata yang kita miliki dan banggakan. Jika
grade dan minat pengunjung mulai luntur, tak ada yang bisa diandalkan. Dan ini
akan berdampak pada semua sektor kehidupan masayarakat, ekonomi, politik,
social, budaya, pertahanan dan keamanan. Semoga tulisan ini memberikan motivasi
kepada para pembaca.