Minggu, 30 Maret 2014

ANTARA BELAJAR DAN HIBURAN

Perkembangan arus tekhnologi dan informasi besar pengaruhnya terhadap berbagai bidang sendi kehidupan sosial-manusia.  Baik pengaruh dalam artian positif maupun negative. Dalam konteks pendidikan, laju arus perkembangan IPTEK (Ilmu pengetahuan dan tekhnologi) tersebut mendesak untuk terus dibenahi. Terlebih lagi, jika memahami pendidikan (wacana pendidikan), sebagai pokok penting  “alat” membentuk generasi muda-mudi masyarakat yang lebih baik dan berperadaban (civil society).
Pernyataan demikian akan lebih terasa jika kita memahami secara lebih mendalam sesungguhnya manusia sebagai objek sekaligus sasaran pendidikan. Yang mana pada akhirnya kembali  pada sosok manusia. Barangkali pemaknaan ke arah konsep inilah KH Dewantara, salah seorang tokoh pendidikan di Negeri ini, menggaris bawahi, bahwa manusia terlahir ibarat selembar kertas putih. Maka, pendidikan sebagai alat pembentuk karakter, pendidikan pun seumpama goresan pena yang bersifat koheren, determiner (penentu) ke jalur mana arah akan dibawanya.
Sementara TV, yang merupakan contoh sederhana dan merupakan bagian perkembangan dari dunia IPTEK, selain alat atau apapun jenis konsumsi manusia yang memudahkannya untuk memberikan kepuasan, tentu sekali, juga merupakan kebutuhan sekaligus tuntutan manusia dalam perkembangan dunia dewasa ini, walaupun pada dasarnya tetap membawa pengaruh positif, tetapi tidak sedikit juga memberi dampak negative terhadap sosok manusia.
Kenyataan demikian, bisa kita amati pada suguhan media eletronik terhadap konsumen/pemirsa, misalnya, acara TV seperti : Insert, Hotspot, Go Spot, Was-was dan Silet. Demikian pula halnya suguhan media cetak seperti koran, majalah dan lainnya. Belakangan ini  tak dapat dipungkiri lagi, sungguh jelas, model acara atau produk yang disuguhkan kedua jenis media (cetak-eletronik) lebih didominasi oleh Infotaiment seputar kehidupan (life style) artis atau para selebritis di belakang layar (reality) sebagai pemeran utama sekaligus public figure yang kerap dijadikan idola. Memang amat menarik untuk diikuti, disimak, bahkan terkadang dijadikan referensi sosial untuk dipraktikkan dalam kehidupan sosial-masyarakat.  Lebih jauh lagi kebanyakan acara Televisi di dominasi oleh acara hiburan; Inbok, Dahsyat dan MTV (Music Television) merupakan beberapa contoh dari sekian banyak yang mewakilinya, seolah-olah “No time without music”, belum lagi acara hiburan/lawakan yang beragam banyaknya seperti: Stand up Comedy, Opera van Java dan YKS yang durasi penanyanganya sangat memakan waktu, mencapai 4 jam. Secara tidak langsung masyarakat Indonesia terkesan stress sehingga harus menayangkan acara lawakan yang menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Lebih parahnya lagi, terkadang menjadi tontonan wajib, bagi anak, kaum remaja-remaji, untuk mengisi kekosongan waktunya, dan banyak lagi acara-acara yang bahkan tak layak untuk ditonton khalayak ramai.
Sungguh amatlah  jelas hal tersebut jika dipandang dari kaca mata pendidikan (point of view of education) amatlah tak mendidik, padahal disisi lain, jikalau kita berbicara betapa pentingnya pendidikan, ada baiknya meminjam kata-katanya John Dewey seorang pakar pendidikan America “Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusai dan sesamanya”, simpul kata apa yang diungkapkan John Dewey relevan seperti apa yang diuraikan KH. Dewantara, pendidikan pembentuk Tabiat (character) manusia.
Jadi, kenapa tidak lajunya perkembangan IPTEK lebih difungsikan kearah yang bernilai edukatif atau secara umum terhadap hal-hal yang berbau positif, bisa dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, agar dalam mengisi waktu-waktu luang untuk menonton televisi terdapat nilai significant “positif” yang menyangkut perkembangan mental dan moral bangsa ini, terlebih pengaruh bagi regenerasi  selanjutnya untuk masa depan yang lebih baik, seperti apa yang diharapkan.
Oleh karena itu, peran media sebagai salah satu pengontrol kebijakan pemerintah dalam segala bidang, dengan suguhan-suguhan informasi yang dikemas dalam beragam acara mustinya lebih arif dan selektif menyuguhkan informasi sebagai bahan pengetahuan untuk masyarakat mengingat bangsa kita berada pada peringkat yang jauh diantara bangsa lain jika dilihat dari human development index.
Akhirnya, tidak mengherankan, kesan masyarakat secara umum terhadap media atau  pihak terkait yang memberikan informasi tentang itu, bisa digaris bawahi, bahwa, tampaknya tidak ada yang lebih baik dan layak untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai (public life) selain tontonan terbuka dan belum layak dikonsumsi oleh sebagian kalangan. Ada baiknya, pemerintah lebih memacu dan menyemangati konsep pendidikan di Indonesia untuk terus dibenahi agar mampu berdiri sejajar, seperti negara-negara tetangga Malasyia, Taiwan dan Thailand misalnya. Kenapa tidak? Hal-hal seperi itu menjadi pertimbangan yang lebih, dalam memanfaatkan laju perkembangan IPTEK agar berjalan inhern (sejalan ,seirama) dengan kehidupan manusia yang semakin meluas dan global.