Perkembangan
arus tekhnologi dan informasi besar pengaruhnya terhadap berbagai bidang sendi
kehidupan sosial-manusia. Baik pengaruh
dalam artian positif maupun negative. Dalam konteks pendidikan, laju arus
perkembangan IPTEK (Ilmu pengetahuan dan tekhnologi) tersebut mendesak untuk
terus dibenahi. Terlebih lagi, jika memahami pendidikan (wacana pendidikan),
sebagai pokok penting “alat” membentuk generasi muda-mudi masyarakat yang
lebih baik dan berperadaban (civil society).
Sementara
TV, yang merupakan contoh sederhana dan merupakan bagian perkembangan dari
dunia IPTEK, selain alat atau apapun jenis konsumsi manusia yang memudahkannya
untuk memberikan kepuasan, tentu sekali, juga merupakan kebutuhan sekaligus
tuntutan manusia dalam perkembangan dunia dewasa ini, walaupun pada dasarnya
tetap membawa pengaruh positif, tetapi tidak sedikit juga memberi dampak
negative terhadap sosok manusia.
Kenyataan
demikian, bisa kita amati pada suguhan media eletronik terhadap
konsumen/pemirsa, misalnya, acara TV seperti : Insert, Hotspot, Go Spot,
Was-was dan Silet. Demikian pula halnya suguhan media cetak seperti koran,
majalah dan lainnya. Belakangan ini tak dapat dipungkiri lagi, sungguh
jelas, model acara atau produk yang disuguhkan kedua jenis media (cetak-eletronik)
lebih didominasi oleh Infotaiment seputar kehidupan (life style) artis atau
para selebritis di belakang layar (reality) sebagai pemeran utama sekaligus
public figure yang kerap dijadikan idola. Memang amat menarik untuk diikuti,
disimak, bahkan terkadang dijadikan referensi sosial untuk dipraktikkan dalam
kehidupan sosial-masyarakat. Lebih jauh lagi kebanyakan acara Televisi di
dominasi oleh acara hiburan; Inbok, Dahsyat dan MTV (Music Television)
merupakan beberapa contoh dari sekian banyak yang mewakilinya, seolah-olah “No
time without music”, belum lagi acara hiburan/lawakan yang beragam banyaknya
seperti: Stand up Comedy, Opera van Java dan YKS yang durasi penanyanganya sangat
memakan waktu, mencapai 4 jam. Secara tidak langsung masyarakat Indonesia
terkesan stress sehingga harus menayangkan acara lawakan yang menghabiskan
waktu berjam-jam lamanya. Lebih parahnya lagi, terkadang menjadi tontonan
wajib, bagi anak, kaum remaja-remaji, untuk mengisi kekosongan waktunya, dan
banyak lagi acara-acara yang bahkan tak layak untuk ditonton khalayak ramai.
Sungguh
amatlah jelas hal tersebut jika dipandang dari kaca mata pendidikan (point
of view of education) amatlah tak mendidik, padahal disisi lain, jikalau
kita berbicara betapa pentingnya pendidikan, ada baiknya meminjam kata-katanya
John Dewey seorang pakar pendidikan America “Pendidikan merupakan proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau
daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada
tabiat manusai dan sesamanya”, simpul kata apa yang diungkapkan John Dewey relevan
seperti apa yang diuraikan KH. Dewantara, pendidikan pembentuk Tabiat
(character) manusia.
Jadi,
kenapa tidak lajunya perkembangan IPTEK lebih difungsikan kearah yang bernilai
edukatif atau secara umum terhadap hal-hal yang berbau positif, bisa dijadikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari, agar dalam mengisi waktu-waktu luang untuk
menonton televisi terdapat nilai significant “positif” yang menyangkut
perkembangan mental dan moral bangsa ini, terlebih pengaruh bagi regenerasi
selanjutnya untuk masa depan yang lebih baik, seperti apa yang
diharapkan.
Oleh
karena itu, peran media sebagai salah satu pengontrol kebijakan pemerintah
dalam segala bidang, dengan suguhan-suguhan informasi yang dikemas dalam
beragam acara mustinya lebih arif dan selektif menyuguhkan informasi sebagai
bahan pengetahuan untuk masyarakat mengingat bangsa kita berada pada peringkat
yang jauh diantara bangsa lain jika dilihat dari human development index.
Akhirnya,
tidak mengherankan, kesan masyarakat secara umum terhadap media atau
pihak terkait yang memberikan informasi tentang itu, bisa digaris bawahi,
bahwa, tampaknya tidak ada yang lebih baik dan layak untuk dipertontonkan
kepada khalayak ramai (public life) selain tontonan terbuka dan belum
layak dikonsumsi oleh sebagian kalangan. Ada baiknya, pemerintah lebih memacu
dan menyemangati konsep pendidikan di Indonesia untuk terus dibenahi agar mampu
berdiri sejajar, seperti negara-negara tetangga Malasyia, Taiwan dan Thailand
misalnya. Kenapa tidak? Hal-hal seperi itu menjadi pertimbangan yang lebih,
dalam memanfaatkan laju perkembangan IPTEK agar berjalan inhern (sejalan
,seirama) dengan kehidupan manusia yang semakin meluas dan global.