Minggu, 29 November 2015

WARGA ASING KOMENTARI MASALAH SAMPAH

Musim hujan telah tiba, itu artinya bumi Indonesia secara umum akan kembali hijau dengan rintik hujan yang turun hampir setiap saat, meskipun belum merata di seluruh daerah. Permasalahan klasik yang kerap terjadi pada saat musim hujan adalah rawan banjir dan longsor. Penyebab banjir dan longsor yang setiap saat menjadi tema berita di berbagai media pun bermacam-macam. Sempitnya saluran, meluapnya sungai, dan yang paling menjengkelkan adalah sampah.
Sampah begitu sering menjadi dilemma. Tak jarang dari tumpukan sampah yang tidak terurus lahir perselisihan, pertengkaran yang berujung anarkis dan sebagainya. Dan ini sudah menjadi logika umum masyarakat. Di Desa Batulayar, permasalahan sampah tidak hanya menjadi bahasan orang local saja, seperti penduduk setempat melainkan juga menjadi perhatian pihak asing atau manca negara. Perwakilan VLOK Belanda, Harry pun mengambil inisiati bagaimana meredam permasalahan sampah di Desa Batulayar khususnya.
Bersama Pemerintah Desa Batulayar, Harry yang didamping Abdul Aziz dan Kepala Desa Batulayar duduk bersama dengan warga untuk membahas bagaimana meminimalisir dan mengatur sampah local. Sejauh ini, masyarakat belum sadar betul akan kebersihan, kesehatan. Saya melihat sampah dibuang sembarangan, bukan hanya di Batulayar saja, namun juga di luaran sana, demikian urai perwakilan VLOK tersebut berkeluh kesah di Aula Rapat Kantor Desa Batulayar.
Mendengar keluhanan tersebut dalam hal ini Pemerintah Desa memfasilitasi bagaimana caranya untuk menekan debit sampah dan yang penting adalah menggugah kesadaran masyarakat akan sampah. Kepala Desa Batulayar, H.M. Nur Taufiq mengatakan, sebenarnya masyarakat mengetahui sampah itu kotor, jorok dan kadang bisa sebagai sarang penyakit, namun karena kesadaran yang kurang segalanya terbengkalai, demikian urai Kades dihadapan para jamaah yang hadir.
Melihat kondisi yang demikian tersebut, Kepala Desa yang menghadirkan Kepala Dusun berinisitif untuk terus menekan sampah dengan cara sering bergotong royong. Jalan satu-satunya untuk menekan sampaha adalah dengan menggerakkan gotong royong, urai Taufiq. Sementara itu, hari menceritakan bagaimana sampah bisa dikelola dan menjadi penghasilan. Sampah ini bisa dikelola dan bisa menjadi sumber ekonomi, coba kita perhatikan para pemulung, mereka kan kreatif dan menjadikan sampah sebagai mata sumber penghidupan. Namun itu, terbantahkan dengan tidak adanya pengelolaan, termasuk tempat dan sarana bagaimana pengolahan dan pemanfaatan sampah di Desa.