Musim
hujan telah tiba, itu artinya bumi Indonesia secara umum akan kembali hijau
dengan rintik hujan yang turun hampir setiap saat, meskipun belum merata di
seluruh daerah. Permasalahan klasik yang kerap terjadi pada saat musim hujan
adalah rawan banjir dan longsor. Penyebab banjir dan longsor yang setiap saat
menjadi tema berita di berbagai media pun bermacam-macam. Sempitnya saluran,
meluapnya sungai, dan yang paling menjengkelkan adalah sampah.
Bersama
Pemerintah Desa Batulayar, Harry yang didamping Abdul Aziz dan Kepala Desa
Batulayar duduk bersama dengan warga untuk membahas bagaimana meminimalisir dan
mengatur sampah local. Sejauh ini, masyarakat belum sadar betul akan
kebersihan, kesehatan. Saya melihat sampah dibuang sembarangan, bukan hanya di
Batulayar saja, namun juga di luaran sana, demikian urai perwakilan VLOK
tersebut berkeluh kesah di Aula Rapat Kantor Desa Batulayar.
Mendengar
keluhanan tersebut dalam hal ini Pemerintah Desa memfasilitasi bagaimana
caranya untuk menekan debit sampah dan yang penting adalah menggugah kesadaran
masyarakat akan sampah. Kepala Desa Batulayar, H.M. Nur Taufiq mengatakan,
sebenarnya masyarakat mengetahui sampah itu kotor, jorok dan kadang bisa
sebagai sarang penyakit, namun karena kesadaran yang kurang segalanya
terbengkalai, demikian urai Kades dihadapan para jamaah yang hadir.
Melihat
kondisi yang demikian tersebut, Kepala Desa yang menghadirkan Kepala Dusun
berinisitif untuk terus menekan sampah dengan cara sering bergotong royong.
Jalan satu-satunya untuk menekan sampaha adalah dengan menggerakkan gotong
royong, urai Taufiq. Sementara itu, hari menceritakan bagaimana sampah bisa
dikelola dan menjadi penghasilan. Sampah ini bisa dikelola dan bisa menjadi
sumber ekonomi, coba kita perhatikan para pemulung, mereka kan kreatif dan
menjadikan sampah sebagai mata sumber penghidupan. Namun itu, terbantahkan
dengan tidak adanya pengelolaan, termasuk tempat dan sarana bagaimana
pengolahan dan pemanfaatan sampah di Desa.