Senin, 16 November 2015

SUKA-DUKA TINGGAL DI DAERAH PEGUNUNGAN

Hujan merupakan rahmat sekaligus berkah yang diturunkan oleh Sang Pencipta. Ketika musim hujan tiba, kemarau yang selama ini terasa panas perlahan mulai hilang. Berkah pun makin terasa. Turunnya hujan tidak hanya memberikan kesenangan makhluk hidup seperti manusia saja, melainkan semua makhluk yang membutuhkan air, tumbuhan, hewan, dan binatang-binatang yang ada di bumi terihat ceria dan hidup. Semua mahkluk membutuhkan air.
Musim hujan merupakan musim yang dinanti oleh manusia setelah beberapa bulan gerah dengan terik matahari. Lagi-lagi hujan menjadi kebutuhan bagi mereka yang hidup dan tinggal di wilayah perbukitan dan pegunungan. Kebutuhan akan air tak bisa disepelekan. Bisa Anda bayangkan jika tinggal di daerah pegunungan atau dataran tinggi yang akses airnya sulit. Bagi mereka yang tinggal dan hidup di dataran tinggi, mengambil air memang sudah biasa. Bolak-balik bukit hanya untuk mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keperluan rumah tangga, memasak, minum dan lain sebagainya.
Kini orang-orang yang tinggal di dataran tinggi bisa bernafas lega setelah hujan mulai turun mengguyur. Setidaknya, dengan datangnya musim hujan, waktu yang digunakan untuk mengambil air bisa lebih efisien karena mereka memiliki penampungan air. Sebenarnya, bukan masalah waktu saja yang menjadi tantangan, melainkan akses jalan yang sulit dan sedikit beresiko. Jika salah langkah atau jatuh, tebing curam tak bisa dihindari.
Ramadhan adalah salah seorang yang warga Dusun Apit Aiq Desa Batulayar Kecamatan Batulayar. Seperti pada cuplikan tulisan di atas, sejak muda hingga memiliki 3 orang anak, Ramadhan dengan sabar menjalani hidup dengan kekurangan air, apalagi di musim kemarau. Setiap datangnya hujan, kita mulai senang, karena bisa memamfaatkan air sebagai kebutuhan. Mandi, mencuci, memasak, dan kebutuhan lain menjadi gampang, layaknya mereka orang yang tinggal di dataran rendah yang selalu memiliki air. Setidaknya, jam 5 pagi, kita sudah turun mengambil air, tak kurang dari 3 sampai 4 kilo dan itu pegunungan. Sore hari, kadang-kadang mengambil air lagi, jika kebutuhan akan air semakin banyak, begitu cerita Ramadhan.
Lebih jauh guru yang mengabdikan diri di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’aniyah dan Madrasah Riyadul Wardiyah menceritakan, apabila berangkat untuk mengajar ke madrasah selalu membawa Cerigen yang digunakan untuk menampung air. Paginya mengajar, pulang mengajar kita membawa air, demikian urai bapak tiga anak tersebut.