Lebaran Ketupat (lebaran topat) budaya yang
tak tergerus oleh modernisasi entah sampai kapan pun. Sama seperti awalnya
dibudayakan, lebaran topat merupakan budaya yang telah mendarah-daging khususnya
bagi masyarakat Lombok. Sebenarnya, istilah lebaran topat ini merupakan hari
kemenangan atau perayaan kemenangan bagi masyarakat Muslim usai mengerjakan
puasa sunnat syawal. Tak jauh beda dengan lebaran yang biasa dipahami, yaitu
setelah sebulan mengerjakan ibadah puasa bagi umat Muslim, tepatnya pada
tanggal 1 Syawal bulan Islam hari kemenangan dirayakan.
Di satu sisi, masakan khas lebaran topat
berupa ketupat dan bantal dibawa ke tempat rekreasi seperti pantai maupun
kuburan di saat berkunjung ke Makam dan mengkonsumsinya sambil menghabiskan
waktu. Makam Batu Layar mungkin menjadi Icon utama perayaan Lebaran Ketupat
khususnya bagi masyarakat Lombok. Namun, seriring dengan pesatnya perkembangan
zaman, banyaknya tempat rekreasi di berbagai tempat menjadikan Batu Layar
sedikit berkurang dari kerumunan dan keriuhan lebaran. Meski demikian, hal
tersebut tak mengurangi pengaruh dan keramaian masyarakat berkunjung dan
berekreasi ke Batu Layar dan sekitarnya.
Imbas Lebaran Topat pun sangat terasa bagi
masyarakat terutama dari sektor ekonomi. Harga kebutuhan pokok dan perlengkapan
makanan sangat dirasakan dan hebatnya mampu mendongkrak, inovasi baru yang
sebelumnya tidak pernah terjadi pada waktu dulu. Bahan Ketupat dan Bantal seperti lelongsong (daun kelapan muda) pun
menjadi laris manis. Biasanya orang-orang yang tinggal di daerah perbuktian
atau pedalaman memanfaatkannya untuk menambah penghasilan. Dengan berbisnis
lelongsong ketupat maupun bantal bisa mencukupi kebutuhan dalam beberapa waktu
dengan menjualnya ke pasar. Menurut hemat penulis, aura lebaran ketupat tak
memandang usia. Lebaran Topat menjadi hari yang terus dan akan hidup dibenak
masyarakat.