Sabtu, 09 Agustus 2014

TETARING PERTANDA PELAKSANAAN IBADAH HAJI

Semakin dekatnya pelaksanaan ibadah Haji bagi umat Islam, budaya penyambutan terhadap Jamaah Calon Haji (JCH) bagi masyakarat Sasak masih bisa ditemukan di berbagai daerah atau tempat. Tradisi dan budaya gotong royong dalam rangka persiapan berangkat ke tanah suci Makkah mendapat sambutan hangat oleh masyarakat dimana calon jamaah haji berasal. Berbagai kegiatan social kemasyarakatan yang telah mengakar dan diperuntukkan bagi jamaah calon haji yang akan berangkat menunaikan ibadah rukun Islam kelima.
Menurut data yang dihimpun oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Batulayar, terdapat 25 Jamaah Calon Haji (CJH) yang siap akan diberangkatkan dalam waktu dekat ini. Seputar wilayah Batu Layar, budaya penyambutan bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah tersebut tidak jauh berbeda. Beberapa kegiatan yang hingga kini masih ditemukan antara lain; gotong royong pembuatan tetaring, selakaran, roah dan perpisahan misalnya.
Dari dulu hingga kini, Pembuatan Tetaring di rumah salah seorang warga menandakan bahwa warga tersebut akan melaksanakan ibadah haji. Tetaring ini diibaratkan sebagai langit-langit tambahan di sebuah rumah yang dibuat dan diperuntukkan sebagai tempat melaksanakan kegiatan selakaran atau kegiatan lainnya. Pembuatan Tetaring ini berbahan baku pelapah daun kelapa yang dengan cara dianyam, bamboo, dan tali. Satu pelapah Daun Kelapa dianyam menjadi sebuah “kelabang” yang selanjutnya kelabang-kelabang tersebut dikumpulkan, diatur hingga membentuk sebuah atap atau langit-langit. Mengggunakan bambbo sebagai tiang penyangga, kelabang-kelabang tersebut disusun rapi dan diikat yang akhirnya membentuk sebuah atap. Dalam bahasa Sasak, atap yang dibuat dengan anyaman pelapan daun kelapa, tiang penyangga dari bamboo dan tali ini disebut dengan Tetaring. Pembuatan Tetaring ini kebanyakan berlaku di saat ada warga yang ingin menunaikan Haji.
Pembuatan tetaring ini pun dilaksanakan dengan cara bergotong royong melibatkan warga. Biasanya, sebelum bergotong royong, pengulu dusun mengumumkan rencana melalui pengeras suara masjid. Warga yang memiliki pelapan daun kelapa, bamboo, dan keperluan terkait diminta untuk membawa ke tempat gotong royong untuk dikerjakan secara bersama-sama di rumah Jamaah Calon Haji.
Jamaah Calon Haji pun memberikan sambutan kepada warga. Jamaah calon haji menyajikan aneka jajanan, kopi, yang diperuntukkan bagi mereka yang bergotong royong membantu membuat Tetaring. Tetaring yang dibuat di rumah jamaah calon haji, dibiarkan hingga rusak dengan sendirinya. Pada tradisi Sasak, jika ingin mengetahui orang akan menunaikan ibadah haji Tetaring ini menjadi penanda. Ini salah satu dari budaya Sasak Perdesaan yang masih eksis dan ditemukan hingga sekarang.