Semakin dekatnya pelaksanaan ibadah Haji bagi umat Islam,
budaya penyambutan terhadap Jamaah Calon Haji (JCH) bagi masyakarat Sasak masih
bisa ditemukan di berbagai daerah atau tempat. Tradisi dan budaya gotong royong
dalam rangka persiapan berangkat ke tanah suci Makkah mendapat sambutan hangat
oleh masyarakat dimana calon jamaah haji berasal. Berbagai kegiatan social kemasyarakatan
yang telah mengakar dan diperuntukkan bagi jamaah calon haji yang akan
berangkat menunaikan ibadah rukun Islam kelima.
Menurut data yang dihimpun oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Batulayar, terdapat 25 Jamaah Calon Haji (CJH) yang siap akan diberangkatkan
dalam waktu dekat ini. Seputar wilayah Batu Layar, budaya penyambutan bagi
mereka yang akan melaksanakan ibadah tersebut tidak jauh berbeda. Beberapa
kegiatan yang hingga kini masih ditemukan antara lain; gotong royong pembuatan
tetaring, selakaran, roah dan perpisahan misalnya.
Dari dulu hingga kini, Pembuatan Tetaring di rumah salah
seorang warga menandakan bahwa warga tersebut akan melaksanakan ibadah haji. Tetaring
ini diibaratkan sebagai langit-langit tambahan di sebuah rumah yang dibuat dan
diperuntukkan sebagai tempat melaksanakan kegiatan selakaran atau kegiatan
lainnya. Pembuatan Tetaring ini berbahan baku pelapah daun kelapa yang dengan
cara dianyam, bamboo, dan tali. Satu pelapah Daun Kelapa dianyam menjadi sebuah
“kelabang” yang selanjutnya kelabang-kelabang tersebut dikumpulkan, diatur
hingga membentuk sebuah atap atau langit-langit. Mengggunakan bambbo sebagai
tiang penyangga, kelabang-kelabang tersebut disusun rapi dan diikat yang
akhirnya membentuk sebuah atap. Dalam bahasa Sasak, atap yang dibuat dengan
anyaman pelapan daun kelapa, tiang penyangga dari bamboo dan tali ini disebut
dengan Tetaring. Pembuatan Tetaring ini kebanyakan berlaku di saat ada warga
yang ingin menunaikan Haji.
Pembuatan tetaring ini pun dilaksanakan dengan cara bergotong
royong melibatkan warga. Biasanya, sebelum bergotong royong, pengulu dusun
mengumumkan rencana melalui pengeras suara masjid. Warga yang memiliki pelapan
daun kelapa, bamboo, dan keperluan terkait diminta untuk membawa ke tempat
gotong royong untuk dikerjakan secara bersama-sama di rumah Jamaah Calon Haji.
Jamaah Calon Haji pun memberikan sambutan kepada warga.
Jamaah calon haji menyajikan aneka jajanan, kopi, yang diperuntukkan bagi
mereka yang bergotong royong membantu membuat Tetaring. Tetaring yang dibuat di
rumah jamaah calon haji, dibiarkan hingga rusak dengan sendirinya. Pada tradisi
Sasak, jika ingin mengetahui orang akan menunaikan ibadah haji Tetaring ini
menjadi penanda. Ini salah satu dari budaya Sasak Perdesaan yang masih eksis
dan ditemukan hingga sekarang.