Senin, 25 Agustus 2014

ZIARAH MEMUPUK TALI SILATURRAHMI

Sebagai makhluk sosial manusia selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupan di atas bumi. Interaksi dan hubungan antar manusia setiap hari merupakan kodrat yang telah tergaris oleh Sang Penciptanya. Kisah Adam yang tidak betah tinggal dan hidup sendiri di dalam Surga merubah scenario Tuhan untuk menciptakan Hawa sebagai pendampingnya. Dalam pandangan ilmu sosiologi, manusia ada dan hidup untuk berdampingan untuk membantu dalam kebutuhan. Sikap toleransi, tenggang rasa, kepedulian merupakan bagian dari karakter yang sebenarnya dimiliki oleh setiap makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia.
Alih-alih wacana, saat ini pelaksanaan pemberangkatan Jamaah Calon Haji untuk wilayah Indonesia kian dekat. Tradisi dan budaya masing-masing daerah pun pada musim haji pun mulai terlihat. Di Kecamatan Batu Layar contohnya, menurut data yang terhimpun di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Batu Layar, terdapat 24 jamaah calon haji yang siap diterbangkan ke tanah Makkah. Tradisi yang berkembang selama ini di wilayah Batu Layar, setiap ada jamaah yang akan berangkat menunaikan ibadah haji beberapa bulan sebelum pemberangkatan melakukan tradisi-tradisi social yang hingga kini masih kuat dan kental. Setelah urusan administrasi dan financial, masyarakat dalam hal ini para tokoh agama mulai berinisiatif untuk melakukan berbagai proses acara. Pembuatan Tetaring, selakaran, ziarah, hingga perpisahan menjelang hari H pemberangkatan.
Ziarah untuk masing-masing jamaah calon haji merupakan hal wajib adanya. Sanak famili, keluarga, kerabat, pun berdatangan dari berbagai penjuru untuk memberikan penghormatan dan memupuk erat tali sillaturrahim antar saudara seiman. Ziarah atau dalam bahasa sekarang open house dibuka sekitar satu bulan menjelang pemberangkatan. Para peziarah terdiri dari masyarakat laki maupun perempuan, tua-muda baik yang belum atau telah pergi lebih dahulu menunaikan ibadah haji. Bagi yang telah melaksanakan haji lebih dulu, bercerita mengenai pengalaman selama ibadah haji sambil mengingatkan bacaan-bacaan atau doa-doa yang dibaca pada waktu-waktu tertentu, hingga memberikan saran. Adapun bagi peziarah yang belum menunaikan ibadah Rukun Islam Kelima, menitipkan salam ke Makam Nabi-nabi, meminta doa semoga bernasib untuk melaksanakan ibadah haji.
Peziarah yang berdatangan ke rumah jamaah calon haji datang dengan membawa oleh-oleh atau buah tangan yang dikhususkan bagi calon haji. Tuan rumah pun demikian, mereka menjamu para peziarah dengan jamuan yang telah dipersiapkan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang datang. Dalam konsep Islam, nilai-nilai social seperti ini merupakan amal ibadah, berpahala karena menjalin sillaturrahmi, saling memberikan hadiah, dan yang terpenting adalah mulianya ibadah haji, Tanah Suci Makkah-Madinah sebagai tempat perkumpulan ibadah umat Islam sedunia. Perintah menjalin sillaturrahmi juga menandakan manusia sebagai makhluk social yang harus saling membantu dan mendukung. Mungkin inilah yang dimaksud oleh Al-Quran bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.