Rabu, 06 Agustus 2014

UJI PEMIMPIN BATU LAYAR TEMPATNYA

Sebagai icon pariwisata yang berpengaruh di Lombok Barat, wilayah Batu Layar tak lepas dari fenomena yang begitu variatif dan penuh kompleks. Fakta lapangan yang kini menjadi saksi tingginya intensitas kompleksnya Batu Layar dari waktu ke waktu seakan sulit ditebak kapan akan berakhir. Jika bertanya apakah penyebab semua itu, tentu jawaban yang digunakan untuk menyanggahnya pun sangat banyak. Pengaruh pariwisata yang kian menggila, investor asing, faktor kepemimpinan, serta faktor kepentingan pihak tidak menutup kemungkinan menjadi salah satu jawaban yang bisa dibenarkan.
Kasus demi kasus merundung wilayah yang dikenal sebagai daerah pariwisata ini, hampir membuat media muak untuk mempublikasinya. Itulah Batu Layar, jika tidak bergejolak, bukan bukan Batu Layar. Jika dibandingkan dengan wilayah lain yang lebih sedikit tenang dengan masalah yang sedikit ruwet. Kasus keributan di Café, sengketa lahan, pedagang kaki lima, sampah, perahu nelayan, aksi para demonstran yang menuntut keadilan hak, kenyamanan dan masih banyak kasus seabrek yang pernah menjadi masalah.
Di sisi lain, memang pariwisata sangat menjanjikan utamanya untuk mendongkrak sektor ekonomi masyarakat sekitar. Pun demikian pengaruh tersebut sangat terasa terhadap pola pikir masyarakat yang berkembang dari waktu ke waktu. Nuansa Batu Layar dengan culture of colours; Makam Batu Layar, pantai Senggigi-Kerandangan yang memesona dan booming, hotel berbintang, café, restaurant, kuliner dan sebagainya seakan tenggelam dengan realitas lapangan yang tengah terjadi saat ini.
Dari sudut pandang lain, faktor kepemimpinan di Batu Layar “mungkin” sedang diuji. Sebagaimana lazimnya, jika ingin sukses, harus melalui jalan berliku, terjal, dan harus penuh kesabaran. Karakter kuat seorang stake holder dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan. Di samping tugas sebagai abdi negara dan masyarakat untuk mengarahkan ke arah yang lebih baik. Dan kepemimpinan bagi saya adalah tugas, kehormatan dan negara. Itu berarti karakter dan itu berarti mendengarkan dari waktu ke waktu, begitu urai mantan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush.
Namun, jauh sebelum Walker Bush, Albert Einstein pernah mengungkapkan hal serupa dan menjadi sejarah. Kebanyakan orang mengatakan intelektualitaslah yang membuat seorang ilmuan hebat. Mereka salah, yang membuat mereka hebat adalah karakter (Albert Einstein). Walker Bush maupun Einstein, menurut hemat penulis tak dapat dianggap sepele. Intelektualitas bagian kecil dari ciri kepemimpinan yang berhasil. Karakter tangguh dan kredibilitas selalu berjalan seirama. Kepemimpinan tanpa kredibilitas cepat atau lambat akan hancur. Karakter membuat mereka percaya, dan rasa percaya membuat mereka mampu menjadi pimpinan.
Fenomena-fenomena yang terjadi di wilayah Batu Layar tentu memberikan hikmah yang berarti. Hikmah diibaratkan dengan penyesalan karena datangnya selalu kemudian. Bertindak tegas demi kepentingan rakyat dan tanpa merugikan orang lain. Sulit memang, namun hidup ini tidak hanya berbicara melainkan juga mendengarkan. Mari menjadi pendengar yang baik, sebelum menjadi pembicara yang baik. Semoga bermanfaat (CMIW).