Ramadhan telah tiba. Umat Islam sedunia
menyambutnya dengan penuh kehangatan dan kegembiraan. Suasana Ramadhan semakin
terasa dengan berbagai pernak-pernik yang melambangkan datangnya bulan penuh
berkat dan ramhat ini. Dari setiap penjuru, biasanya sambutan kepada bulan suci
ini terlihat sangat bervariasi. Pada masa usia orang tua kita masih kecil,
begitu banyak budaya dan tradisi yang mengiringi datangnya bulan puasa. Meriam
yang terbuat dari bamboo, lampu jojor yang dipasang di setiap halaman rumah
atau pagar-pagar kini tinggal kenangan.
Meriam yang terbuat dari bamboo digunakan
untuk berperang dengan adu suara sekaligus sebagai hiburan. Maklumlah, kala itu
belum ditemukan Play Station, Kembang Api yang kini terlihat mengalahkan
hiburan tempo dulu. Adapun lampu Jojor, dilambangkan sebagai bentuk
kebersamaan, keramahan, dan juga hiburan. Penyebab semua itu tiada bukan hanya
karena pendahulunya banyak yang telah meninggalkan kita, melainkan bahan baku
yang semakin langka ditemukan plus banyaknya alat-alat modern dan permainan canggih
yang menggeser, mengikis budaya dahulu sedikit demi sedikit.
Menurut pengalaman H. Anshari, Ketua Remaja
Masjid Baitullah Dusun Teloke Lauk Desa Batulayar, begitu banyak tradisi dan
budaya masyakarat zaman dulu dalam menyambut datangnya bulan puasa. Biasanya,
tanggal 27 Sya’ban dikenal istilah “Maleman”. Sejak maleman tersebut,
kebiasaan-kebiasaan masyarakat sudah sangat terasa akan hadirnya bulan Puasa.
Suasana ramai, permainan yang menjadi kebiasaan seperti petak-umpet tak
ketinggalan, tapi zaman sekarang sudah tidak ada, begitu urai Ustadz H. Anshari
saat gotong royong di Masjid Baitullah.
Berbicara mengenai kesiapan menyambut shalat
Tarawih pada malam pertama Ramadhan, remaja masjid pun melakukan berbagai
kegiatan semisal kerja bhakti atau gotong royong. Hampir di semua Masjid
terlihat kegiatan persiapan menjelang Ramadhan. Seperti yang dilakukan oleh
Remaja Masjid Baitullah. Dusun Teloke Desa Batulaya Lombok Barat. Bekerja sama
dengan Karang Taruna Desa Batulayar, pemuda Dusun Teloke terlihat bergairah dan
antusias melakukan kerja bhakti untuk menyambut malam pertama bulan Ramadhan.
Membersihkan halaman masjid, melakukan
pengecatan dan perapian tempat ibadah. Untuk Cat tembok depan ini sudah 10
tahun, baru diingat kembali. Sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk dicat,
ini termasuk kelalaian kita, begitu pengakuan H. Abdul Wahhab selaku Kepala
Dusun Teloke Lauk. Sambil tersenyum, Kepala Dusun tersebut mengapresiasi
kegiatan remaja masjid masyarakat yang dipimpinnya.
Meskipun demikian, membersihkan tempat ibadah
merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Karena bagaiamana pun salah satu
syarat diterimanya ibadah adalah memiliki tempat yang suci-bersih. Kebersihan
merupakan sebagian dari Iman, begitu kata hadits Nabi Muhammad SAW. Kalau
Remaja Masjid Baitullah menyambut Ramadhan dengan melakukan bersih-bersih,
apakah Masjid di kampung Komunitas Kampung Media NTB bagaimana..?