Jumat, 09 Desember 2011

TATA RUANG DAERAH PESISIR dan NELAYAN


BATULAYAR BARAT: Kembali Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengadakan sosialisasi Penataan Pesisir Pantai dan Nelayan di Kecamatan Batulayar, kali ini pertemuan ditempatkan di eks Warung Menega wilayah Batulayar Barat. Pertemuan yang dirangkai dengan silaturrahim BAPPEDA Kabupaten Lombok Barat tersebut melibatkan berbagai unsure; Muspika, Kepala Desa, Kapolsek, Danposramil, Kepala Dusun, serta beberapa perwakilan dari nelayan. Terkait dengan pertemuan, hanya 4 (empat) Desa yang mewakili dari Kecamatan Batulayar. Desa Meninting, Senteluk, Batulayar Barat serta Desa Senggigi. Alasan untuk memilih ke-empat desa tersebut adalah karena desa yang dipilih merupakan desa-desa yang memiliki daerah pantai dan masyarakat bermata-pencaharian sebagai nelayan.
Pertemuan yang mengangkat tema Penataan Ruang di daerah pantai khususnya untuk tambatan perahu nelayan itu berlangsung alot. Banyaknya opini dan masukan serta saran dari peserta rapat semakin mengulur durasi pertemuan. Program yang akan kita coba jalankan ini akan berjangka waktu ke depan yaitu sekitar 5 sampai dengan 15 tahun, begitu ungkap Kabid Fisik Bappeda, Arif Mahmudi saat menjelaskan paparan rencana yang akan dilaksakan. Tidak hanya itu, kita akan mencoba menata Lombok Barat dengan pantainya ini setidaknya seperti di Jimbaran-Bali hingga bisa membentuk wisata kuliner pesisir pantai, kalau sudah bisa seperti itu para nelayan khususnya akan mudah menjajakan hasil tangkapannya, begitu sambungnya.  
Sementara ide-ide brilian dari masing-masing Kepala Desa yang hadir membuat acara semakin hidup. Kesepakatan para KADES terutama batas untuk menambat Perahu bagi nelayan, sesuai dengan daerah masing-masing pun menjadi perbincangan yang menarik perhatian. Sekarang bukan saja masalah tambatan yang dibahas melainkan kebersihan, kerapian dan keindahan terutama di daerah pesisir pantai.
Dua wakil Pokdarwis yang turut mengawal pertemuan pun angkat bicara terkait dengan SAPTA PESONA. Nelayan yang membuat daerah Senggigi kotor sebenarnya bukan berasal dari nelayan setempat melainkan nelayan yang berasal dari luar, Kota Mataram, nelayan yang berasal dari Ampenan yang nambat perahu di depan Hotel Sentosa itu terkesan sangat kumuh, dan nelayan yang berada di lokasi tersebut ternyata nelayan yang datang dari luar. Sering tamu (Touris) yang datang complain kepada saya, ini terkait masalah kebersihan. Mungkin bagaimana Bapak dari Bappeda Kabupaten bisa mengkomunikasikan hal ini dengan pihak Kota terkait dengan nelayan tersebut, begitu ungkap Pokdarwis Pasir Putih Desa Senggigi.