Musim kemarau yang diperkirakan berkepanjangan
mulai menimpa sebagian wilayah, tak terkecuali di Batulayar. Melalui berbagai
media pun, derita tentang kekurangan air kerap terdengar. Imbas dari semua ini
adalah kerugian yang akan ditanggung oleh warga. Di Desa Batulayar misalnya,
kekurangan air mulai menimpa Dusun Kekeran yang secara letak geografis wilayah
tersebut berada di bawah perbukitan. Logikanya, warga yang berada di dataran
rendah sudah minim air, apalagi mereka yang tinggal dan berdomisili di atas
perbukitan atau pegunungan.
Di Dusun Kekeran memang, tidak semua menderita
kekeringan, namun kalau harus mengambil air tiap hari di rumah orang atau
teman, rasanya juga tidak enak hati, ketus Muna. Untuk mempersiapkan mandi
setiap pagi, setidaknya suaminya harus mengambil air sekitar pukul 9 atau 10
malam, itu baru antrean agak sepi. Sampai saat ini belum ada dropping air dari
Pemerintah seperti biasanya.
Sementara menunggu dropping air, harus bersabar
dan tetap mengambil air di tempat warga yang sumurnya tidak kering. Berbeda
dengan Ramadhan, salah satu warga Dusun Apit Aiq yang tempat tinggalnya lebih
tinggi atau diperbukitan. Mengambil air sudah menjadi pekerjaan sehari-hari
untuk mencukupi kebutuhan. Sembari turun mengajar di Madrasah Ramadhan harus
membawa Gerijen atau kantong air untuk bisa dibawa pulang usai mengajar di
sekolah. Menurutnya, kadang mandi dulu di rumah warga, baru kemudian membawa
air pulang sesuai dengan kebutuhan keluarga. Satu-satunya jalan bagi mereka
adalah mempergunakan air sebaik-baiknya. Bila musim hujan tiba, warga yang
tinggal di daerah perbukitan sudah siap dengan penampungan yang buat untuk
mempersiapkan kebutuhan air.