Minggu, 18 Januari 2015

BERTANI LANGAS; MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT KAMPUNG

Inaq Rumihi
Bengkaung merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Batu Layar Lombok Barat. Desa Bengkaung merupakan salah satu Desa Pemekaran dari Desa Lembahsari. Desa Bengkaung terdiri dari enam dusun. Bengkaung Lauq, Bengkaung Daye, Bengkaung Tengaq, Bunean, Seraye dan Bunut Boyot. Sebagaimana dimaklumi, masyarakat desa berbeda dengan masyarakat perkotaan. Hampir di setiap sektor dan sendi kehidupan, perbedaan antara desa dan kota terlihat sangat khas.
Di Dusun Bengkaung Tengaq, ditemukan salah satu sektor ekonomi yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Usaha membuat Arang atau dalam bahasa Sasak disebut dengan “Langas”. Membuat atau membakar Langas ini tentu tidak mudah, dibutuhkan keahlian dan ketelatenan untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik. Bisa dikatakan membakar atau membuat langas ini hanya terdapat di daerah-daerah perkampungan dan atau mata pencaharian orang kampung.
Langas dibuat dengan dari kulit dalam buah kelapa atau dalam bahasa suku Sasak dikenal dengan sebutan “Tetangkel”. Untuk menjadikannya sebagai “Langas” tak kurang dari 12 jam melakukan pembakaran. Pembakaran atau lokasi pabrik langas biasanya sedikit berjarak dengan rumah atau tempat tinggal penduduk untuk menghindari complain atau protes warga yang terganggu dengan asap.
Adalah Inaq Rumihi, salah seorang warga Dusun Bengkaung Tengaq Desa Bengkaung Kecamatan Batu Layar Lombok Barat. Sejak kecil, hingga ia memiliki 4 orang anak, pekerjaannya sebagai kuli untuk membuat dan membakar langas. Lokasi yang digunakan sebagai tempat membakar atau mempabrik langas ini adalah tanah milik orang lain. Dalam satu lubang, sewa lahan mencapai 25 ribu rupiah. Harga langas per kilogram mencapai Rp. 5000. Bagi yang memiliki banyak modal, bisa menjual sampai berton-ton bahkan mengirim ke luar daerah, demikian cerita Inaq Rumihi.
Lebih lanjut Rumihi mengatakan cara menjual arang atau langas ini dengan menunggu pesanan dari para pembeli. 1 kantor plastic ini dihargakan lima ribu rupiah. Membakar langas atau arang ini merupakan pekerjaan rutin dari ibu yang menginjak usia kurang lebih 45 tahun ini. Ditanya masalah subsidi atau bantuan yang pernah diberikan oleh pemerintah, Rumihi mengaku tidak pernah diberikan bantuan atau subsidi apa pun dari pemerintah. Kalau ada modal kita beli “tetangkel” baru kita bakar, begitu urainya.
Proses membuat langas atau arang ini mulai dari membuat lubang dengan kedalaman setengah meter dan lebar mencapai dua atau tiga meter. Setelah ada lubang, tetangkel atau kulit kelapa dimasukkan dan dibakar sekitar 12 atau 14 jam. Kemudian setelah benar-benar menjadi arang baru diangkat dan dibersihkan, selanjutnya dimasukkan kedalam kantong plastic.
Di musim hujan seperti sekarang merupakan fase yang sulit untuk membuat langas dikarenakan lubang digenangi air. Para petani langas harus menggunakan terop atau atap agar langas yang dihasilkan tidak rusak. Langas digunakan sebagai penyubur tanaman alias pupuk, juga pakai untuk membakar ikan, membakar sate, menyetrika dan lainnya. Dan langas diproduksi di daerah perkampungan, berjarak dari pemukiman agar tidak menimbulkan polusi.