Kehangatan perayaan lebaran masih terasa di
dalam umat Muslim. Meski lebih sepekan telah dilalui, suasana bulan syawal
masih tetap terasa. Tidak heran jika masih ada kita temukan saudara-saudara yang
masih menggelar silaturrahim kepada sanak-famili mereka. Lebaran Idul Fitri
memang telah berlalu. Namun, satu hal yang hingga kini masih menjadi tradisi
kuat di kalangan komunitas masyarakat Sasak yaitu Lebaran Ketupat.
Lebaran Ketupat alias Lebaran Topat merupakan
perayaan warisan yang ditinggalkan oleh para pendahulu kita. Lebaran Topat
digelar persis satu pekan di pada hari yang sama sebagaimana perayaan Idul
Fitri. Tak asing lagi di telinga masyarakat mendengar perayaan momentum Lebaran
Topat. Beberapa tempat wisata biasanya dijadikan pusat untuk merayakan Lebaran
Topat. Makam bersejarah, pantai, taman, dan tempat wisata-wisata lainnya.
Di wilayah Batulayar misalnya, Lebaran
Ketupat untuk Pemerintah Kabupaten Lombok Barat lazimnya dipusatkan di daerah
Batulayar. Alasan yang tepat dijadikannya Batulayar sebagai pusat Lebaran Topat
mungkin karena Batulayar merupakan jantung pariwisata Lombok Barat. Tak heran
jika pemerintah memusatkan perhatiannya di tempat yang memiliki Pendapatan Asli
Daerah (PAD) tertinggi di Lombok Barat.
Komunitas Islam yang telah melakukan Lebaran
Idul Fitri menjadikan Lebaran Ketupat seolah menjadi tempat untuk melabuhkan
seluruh kegembiraan. Kegembiraan tertumpah pada hari Lebaran Topat. Keluarga,
anak, kerabat, kawan, pacar, berlomba-lomba menuju pusat-pusat wisata yang
ramai dikunjungi. Tak hanya itu, para pedagang menjadikan hari lebaran tersebut
untuk memetik keuntungan yang sebabkan membludaknya pembeli aneka barang. Intinya,
lebaran ketupat merupakan hari bergembira.
Alih-alih tentang perasaan ceria, riang, dan gembira,
masih ada saudara-saudara kita yang perlu membutuhkan perhatian. Dia tak kenal
riang, siang dan malam, bahkan semua tempat dijadikan sebagai sandaran. Bila
penat terasa, tak merasa terganggu dengan hiruk-pikuk di sekitarnya. Tidak ada
tempat khusus yang dibutuhkan untuk melepaskan rasa kantuk, bahkan menebar
mimpi dimana saja. Akan kita pintu hati kita tergugah dengan kondisi yang
demikian pilu tersebut?