Minggu, 18 Agustus 2013

MENEBAR MIMPI DIMANA-MANA

Kehangatan perayaan lebaran masih terasa di dalam umat Muslim. Meski lebih sepekan telah dilalui, suasana bulan syawal masih tetap terasa. Tidak heran jika masih ada kita temukan saudara-saudara yang masih menggelar silaturrahim kepada sanak-famili mereka. Lebaran Idul Fitri memang telah berlalu. Namun, satu hal yang hingga kini masih menjadi tradisi kuat di kalangan komunitas masyarakat Sasak yaitu Lebaran Ketupat.
Lebaran Ketupat alias Lebaran Topat merupakan perayaan warisan yang ditinggalkan oleh para pendahulu kita. Lebaran Topat digelar persis satu pekan di pada hari yang sama sebagaimana perayaan Idul Fitri. Tak asing lagi di telinga masyarakat mendengar perayaan momentum Lebaran Topat. Beberapa tempat wisata biasanya dijadikan pusat untuk merayakan Lebaran Topat. Makam bersejarah, pantai, taman, dan tempat wisata-wisata lainnya.
Di wilayah Batulayar misalnya, Lebaran Ketupat untuk Pemerintah Kabupaten Lombok Barat lazimnya dipusatkan di daerah Batulayar. Alasan yang tepat dijadikannya Batulayar sebagai pusat Lebaran Topat mungkin karena Batulayar merupakan jantung pariwisata Lombok Barat. Tak heran jika pemerintah memusatkan perhatiannya di tempat yang memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi di Lombok Barat.
Komunitas Islam yang telah melakukan Lebaran Idul Fitri menjadikan Lebaran Ketupat seolah menjadi tempat untuk melabuhkan seluruh kegembiraan. Kegembiraan tertumpah pada hari Lebaran Topat. Keluarga, anak, kerabat, kawan, pacar, berlomba-lomba menuju pusat-pusat wisata yang ramai dikunjungi. Tak hanya itu, para pedagang menjadikan hari lebaran tersebut untuk memetik keuntungan yang sebabkan membludaknya pembeli aneka barang. Intinya, lebaran ketupat merupakan hari bergembira.
Alih-alih tentang perasaan ceria, riang, dan gembira, masih ada saudara-saudara kita yang perlu membutuhkan perhatian. Dia tak kenal riang, siang dan malam, bahkan semua tempat dijadikan sebagai sandaran. Bila penat terasa, tak merasa terganggu dengan hiruk-pikuk di sekitarnya. Tidak ada tempat khusus yang dibutuhkan untuk melepaskan rasa kantuk, bahkan menebar mimpi dimana saja. Akan kita pintu hati kita tergugah dengan kondisi yang demikian pilu tersebut?