Sebagian wilayah di
Kecamatan Batu Layar masih kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan
sehari-hari masyarakat. Jika dilihat dari topografi wilayah dan dari 100 %
jumlah manusia yang berdomisili di daerah Batu Layar, tak kurang dari 30 %
masyarakat bermukim di daerah perbukitan dan atau pegunungan. Permasalahan air
bagi mereka yang hidup dan tinggal di dataran tinggi ini, meski lumrah namun pada
pandangan yang berbeda mengundang keprihatinan. Pasalnya, Sumber Daya Manusia
(SDM), perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan yang
terpenting icon wilayah Batu Layar sebagai pariwisata terbesar perlu
terselamatkan.
Seperti telah diungkapkan
di atas, masalah air bersih bagi mereka yang hidup di dareah pegunungan
dirasakan selama mereka tinggal dan berdomisili di daerah tersebut. Setiap hari
mereka harus turun-naik gunung untuk memperoleh air bersih yang dijadikan untuk
memasak dan minum. Di Desa Bengkaung misalnya, tak kurang dari 610 Kepala
Keluarga meresahkan air bersih. Jika dirinci, lima Dusun yang menjadi pelanggan
terutama dalam mengakses air bersih yaitu Dusun Seraye, Bunean, Bunut Boyot,
Pelolat, dan Bengkaung Daye.
Sumur Bor yang dibangun
pada tahun 2013 di Desa Bengkaung, seolah tak mampu membendung kebutuhan
masyarakat akan akses air bersih. Untuk bisa mendapatkan air, setiap Kepala
Keluarga harus mengeluarkan 10 ribu perbulan yang selanjutnya dijadikan sebagai
uang untuk pembelian Solar mesin pembangkit air. Rata-rata, setiap harinya
masyarakat boleh mengambil air tak lebih dari 30 liter untuk keperluan
sehari-hari. Ada sedikit masyarakat yang memiliki penampungan air seperti
kolam, namun hanya dipergunakan untuk kebutuhan mencuci dan mandi dalam suatu
waktu. Warga pun berwara-wiri untuk mengambil air bersih. Mereka menggunakan
kendaraan seperti sepeda motor untuk mengangkut air, ada juga yang menggunakan
sepeda dayung dan berjalan kaki.
Di Wilayah Batu Layar,
Desa Batu Layar, Batu Layar Barat, Pusuk Lestari, dan Desa Bengkaung merupakan
Desa-desa yang memiliki penduduk, hidup dan tinggal sebagiannya di daerah
pegunungan dan perbukitan. Tidak adanya sumber mata air di daerah perbukitan
adalah penyebab kekurangan masyarakat untuk mengakses air bersih. Di samping
itu, pemeliharaan atau pelestarian seperti penghijauan yang menjadi sentral
atau sumber mata air sudah jarang disosialisasikan ke masyarakat. Dan yang
terakhir adalah, kesadaran manusia sendiri untuk berlaku ramah seperti
penebangan pohon yang mengakibatkan tandusnya hutan.